Pasca 1998, gerakan mahasiswa seakan terlupakan dan hanya dianggap riak kecil yang tidak terlalu diperhitungkan dalam kancah perpolitikan nasional. Gerkan mahasiswa sulit melakukan aktivitas demonstrasi, karena telah ditetapkannya UU No 9 tahun 1998 tentang penyampaian pendapat di muka umum, termasuk tata tertib untuk melakukan kegiatan pengumpulan massa atau demonstrasi.
Ketidakmampuan gerakan mahasiswa untuk tampil kembali dalam kekuatan besar membuat bargaining power mereka menurun. Mereka mengalami kesulitan untuk mendapatkan tempat untuk mengeluarkan ide/gagasan guna mencapai perubahan yang diinginkan. Hal tersebut lebih disebabkan nuansa protes mengarah pada ruang atau tema yang relatif sempit.
Demikian dikatakan Drs Andik Matulessy MSi, dosen Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya saat melakukan ujian terbuka program doktor UGM bidang ilmu Psikologi, Kamis (4/12). Promovendus mempertahankan desertasi “Model Kausal Partisipasi Politik Aktivis Gerakan Mahasiswa” dengan bertindak selaku promotor Prof Djamaludin Ancok PhD dan ko-promotor Prof Drs Koentjoro MBSc PhD.
Menurut Andik , isu yang dibawa oleh gerakan mahasiswa saat ini cenderung parsial dan bernuansakan kepentingan kelompok tertentu (primordial), atau bakan berafiliasi dengan kepentingan partai politik tertentu, sehingga kurang memunculkan gaung solidaritas dari kelompok gerakan mahasiswa yang lain. Selain itu, aparat penegak hukum semakin berani bertindak represif terhadap mahasiswa yang melakukan demonstrasi, sehingga banyak aktivis gerakan mahasiswa ditangkap saat menyuarakan protes.
“Kondisi seperti inilah yang dapat menumpulkan keinginan sebagian aktivis gerakan mahasiswa untuk melakukan aksi protes ke jalan,” ujarnya di ruang ujian, Auditorium G-100 Fakultas Psikologi UGM.
Meski begitu, kata Andik, masih banyak aksi demonstrasi dilakukan mahasiswa. Data selama bulan November 2001 s.d Maret 2002, jumlah aksi demonstrasi mahasiswa sekitar 54 aksi yang melibatkan tidak kurang dari 23.347 mahasiswa dan pelajar. Dari 54 aksi, 52 diantaranya merupakan aksi bernuansakan politik, yakni tuntutan yang diperjuangkan untuk kepentingan rakyat banyak. Belum lagi aksi-aksi yang dilakukan oleh organisasi buruh dan petani.
Dalam pandangannya Andik melihat perbedaan situasi dan kondisi antara negara maju dan sedang berkembang memunculkan perbedaan hasil penerapan teori dari Barat saat dilakukan penelitian di Indonesia. Terlebih tipikal gerakan mahasiswa yang kemunculannya sangat tergantung pada situasi kondisi nasional akan berpengaruh pada model teoritis yang berbeda tentang keterkaitan berbagai variabel yang mempengaruhi partisipasi dalam gerakan mahasiswa di Indonesia.
Lebih lanjut, diterangkan Andik keinginan untuk mengkritisi berbagai kebijakan untuk menyikapi kesewenangan, ketidakadilan, serta memunculkan perubahan dalam masyarakat dengan cara berpartisipasi dalam gerakan mahasiswa ternyata tidak selalu menimbulkan simpati dari sebagian besar masyarakat. Hal itu menunjukkan jika banyak kejadian demonstrasi aktivis gerakan mahasiswa lebih mengutamakan tindakan yang destruktif, mengganggu ketertiban, banyak muatan kepentingan politik dan bisa menimbulkan instabilitas perpolitikan nasional, yang ujung-ujungnya mengarah pada instabilitas ekonomi, sosial dan ekonomi. Terlebih fakta-fakta menunjukkan berbagai kerusuhan dipicu oleh adanya demonstrasi dari mahasiswa.
“Ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan masyarakat tentang berbagai kegiatan mahasiswa dalam suatu gerakan inilah yang menyebabkan munculnya keinginan peneliti untuk mengkaji lebih dalam tentang berbagai faktor penyebab dari menjamurnya gerakan mahasiswa di Indonesia,” tambahnya.
Hasil penelitian Andik menunjukkan bahwa model kausal partisipasi politik aktivis gerakan mahasiswa yang disusun berdasar asumsi, teori dan hasil penelitian tidak fit dengan hasil temuan di lapangan, terutama terhadap 166 responden aktivis organisasi gerakan mahasiswa di Jawa Timur. Ini berarti tidak ada efek dari variabel deprivasi relatif egoistik, deprivasi relatif kolektif, efikasi politik internal dan eksternal, serta kepercayaan politik dengan partisipasi aktivis mahasiswa dalam organisasi gerakan mahasiswa. (Humas UGM)