Orang Tua dan Guru, perlu hati-hati dan cermat dalam mengawasi perilaku makan pada anak usia sekolah dalam mengkonsumsi makanan yang diperjualbelikan di lingkungan sekolah. Karena masih maraknya makanan yang mengandung bahan berbahaya atau tidak higienis akibat pengolahan dan cara menjajakannnya. Apalagi dalam waktu terakhir ini, Badan POM telah mengungkapkan temuannya tentang berbagai bahan kimia berbahaya pada bahan makanan yang ada di pasaran. Sehingga perilaku makan pada anak usia sekolah harus diperhatikan secara cermat dan serius,
Demikian anjuran yang disampaikan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X dalam pidato sambutannya yang dibacakan oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DIY dr Bondan Agus Suryanto SE MA, saat membuka kegiatan Semiloka dan Pelatihan Gizi Sekolah, Sabtu (6/12,) di Gedung Ismangoen FK UGM.
Menurut sultan, sebenarnya tanpa disadari, orang tua juga ikut andil dengan kebiasaan anak yang sedang rewel. Orang tua terkadang membiarkan anaknya jajan atau bahkan membelikan jajanan yang tidak sehat, hanya karena anak terpikat pada kemasan makanan yang menarik, hadiah yang ditawarkan atau karena ingin seperti anak yang lain.
Sementara itu, imbuh Sultan, ada juga orang tua yang membiarkan anaknya makan jajan kaki lima dan kue-kue tradisional dengan keyakinan bahwa jajanan tersebut lebih aman buat anaknya. Padahal kenyataannya, selain kebersihannya kurang terjamin, jajanan tersebut disinyalir adanya pengggunaan vetsin, pengawet, pewarna dan pemanis buatannya yang bahkan lebih sulit dikontrol.
Untuk mengurangi paparan anak sekolah terhadap makanan jajanan yang tidak sehat dan tidak aman, ujar Sultan, perlu dilakukan usaha promosi keamanan pangan baik kepada pihak sekolah, guru, otang tua, murid serta pedagang.
“Sekolah dan Pemerintah perlu menggiatkan peran Usaha Kesehatan Sekolah atau UKS. Materi informasi tentang keamanan pangan perlu terus disosialisasikan melalui penyuluhan keamanan pangan di sekolah-sekolah, khususunya terhadap murid dan pedagang makanan,†ujarnya.
Tidak cukup hanya itu, tambah Sultan, koordinasi antar instansi juga perlu dilakukan untuk mengawasi jajanan yang dijual di lingkungan sekolah. Menurutnya, adanya saling pengertian antara penjaja makanan dan pihak sekolah sangat penting untuk mengantisispasi bahaya makanan jajanan yang mengancam di lingkungan sekolah.
“Kalau perlu Balai POM perlu dilibatkan dalam pengawasan makanan di lingkungan sekolah,†tambahnya.
Diakui oleh Sultan, tumbuh berkembangnya anak usia sekolah yang optimal sangat tergantung dengan pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam masa tumbuh kembang tersebut, pemberian nutrisi atau asupan makanan pada anak seharusnya menjadi perhatian penting dan tanggung jawab semua pihak.
Kegiatan yang semiloka yang diprakarsai oleh Program Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) FK UGM dan Pusat Studi Jerman UGM ini menghadirkan pembicara dari Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat FK UGM Dr RM Haripurnomo Kushadiwijaya, Ahli Gizi rumah sakit di DIY, Toto Sudargo SKM, M.Kes.
Haripurnomo memaparkan Penyakit hepatitis A sudah menjadi kejadian luar biasa di Yogyakarta dan dapat digolongkan sebagai food borne disease jika melihat dari faktor penyebab terjadinya, yakni konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh virus genus hepadna.
“Tidak hanya disebabkan virus genus hepadna saja, penyakit hepatitis A ini juga disebabkan oleh makanan dan minuman yang terkontaminansi bakteri Salmonella, Cvampylobacter, Shigella dan E Coli,†ujarnya.
Lebih lanjut Haripurnomo menambahkan, Hepatitis A yang disebabkan oleh virus hepatitis biasanya menyerang anak-anak dan kaum dewasa muda. Penularannya melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi hepadna virus. Viru ini bersifat stabil, sel hati menyembunyikan virus tersebut dalam sel empedu yang kemudian masuk ke saluran pencernaan sehingga kotoran penderita mempunyai konsentrasi tinggi virus selama periode infeksi. (Humas UGM/Gusti Grehenson)