Program Studi Bahasa Korea, Fakultas Ilmu Budaya UGM selama tiga hari, tanggal 10-12 Desember 2008 menyelenggarakan Korean Days 2008. Berbagai keanekaragaman budaya Korea tampil pada acara kali ini.
Kegiatan ini merupakan agenda tahunan hasil kerjasama dengan Korea International Cooperation Agency (KOICA) serta Pusat Studi Korea UGM. Berbagai rangkaian acara diantaranya pemutaran film Korea, pentas budaya, demo masak hingga penampilan berbagai permainan tradisional Korea.
Korean Days 2008 dibuka Dekan Fakultas Ilmu Budaya UGM, Dr Ida Rochani Adi SU MA, Rabu (10/12) di fakultas setempat. Acara kemudian diisi demo masakan Korea. Demo masak ini direncanakan digelar setiap harinya, mulai pukul 12.00-14.00 WIB dengan menampilkan berbagai menu berbeda setiap harinya.
“Selain mahasiswa, dosen dan karyawan, masyarakat umum pun bisa menikmati berbagai masakan Korea ini. Pengunjung juga bisa mencoba baju tradisional Korea (Hanbok), berpartisipasi dalam permainan tradisional Korea, nonton film hingga menikmati pentas budaya Korea,” ujar Suray Agung Nugroho, staf pengajar Program Studi Bahasa Korea FIB UGM.
Menurut Suray, Korean Days bertujuan memberikan apresiasi kepada mahasiswa dan masyarakat umum tentang berbagai budaya Korea. Kegiatan ini telah memasuki tahun ke-8 penyelenggaraan.
Dimulai sejak tahun 2000, lantas dijadikan agenda tahunan. Disamping untuk memperingati hari jadi Pusat Studi Korea UGM, acara ini sekaligus menyambut datangnya mahasiswa baru Program Studi Korea di FIB UGM.
“Korea dengan kehidupan modernnya hingga kini tetap dibalut nilai-nilai tradisional. Dinamika kehidupan yang begitu tentu memiliki daya pikat untuk dipelajari,” jelas Suray.
Melalui pemutaran 5 (lima) buah film pilihan diharapkan dapat mewakili gambaran kehidupan masyarakat Korea. Mahasiswa, dosen, penikmat film dan masyarakat umum diharapkan dapat lebih mengenal Korea lebih dekat.
Agenda puncak Korean Days 2008 direncanakan akan berlangsung pada kegiatan pentas budaya Korea pada hari Jum’at, 12 Desember 2008. Pada acara ini akan ditampilkan Samulnori (musik tradisional Korea) dengan peralatan lengkap, tari-tarian Korea tradisional dan modern, teater, lagu-lagu Korea, pembacaan puisi serta pemberian beasiswa untuk mahasiswa berprestasi.
“Semua itu hasil kolaborasi antara mahasiswa Indonesia yang sedang belajar bahasa Korea dan sebaliknya mahasiswa Korea yang sedang belajar bahasa Indonesia di UGM. Melibatkan pula dosen-dosen Korea dan pentas budaya ini terbuka untuk umum,” tandas Suray (Humas UGM).