Pusat Unggulan Regional atau Regional Center of Expertise (RCE) Yogyakarta merupakan salah satu dari 39 RCE yang ada di dunia, selain RCE di Barcelona Spanyol, Sendai dan Okayama Jepang, Toronto Kanada, Penang Malaysia. Adapun RCE Yogyakarta yang berpusat di Universitas Gadjah Mada merupakan salah satu dari sekian RCE dunia yang mengkampanyekan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan atau Education for Sustainable Development (EfSD).
Dalam rangka meningkatkan kesadaran mengenai pentingya pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan kepada masyarakat luas dan para pembuat kebijakan, RCE Yogyakarta, Jumat (12/12), melaksanakan sosialisasi EfSD kepada para pembuat kebijakan dengan mengundang semua Dinas-Dinas yang ada di Pemkot, Pemkab dan Pemrov Se-DIY, di Ruang Multi Media, Gedung Pusat, Kampus UGM, Bulaksumur.
Sosialisasi EfSD dari RCE Yogyakarta ini menghadirkan presentasi dari Wakil Rektor Senior bidang Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UGM Prof Dr Retno S Sudibyo MSc Apt, Manajer Pengelolaan KKN PPM dan RCE Yogyakarta Eko Agus Suyono M.App.Sc, dan Koordinator Pengembangan UMKM LPPM UGM Rachmawan Budiarto, ST, MT.
Menurut Retno, pendidikan untuk pengembangan pembangunan berkelanjutan merupakan salah satu bentuk pendidikan baik formal, non formal, informal yang menyisipkan wawasan dan konsep secara luas mendalam dan futuristik tentang linkungan global mengenai hubungan sebab dan akibat dan cara pengatasannya.
“Pendidikan yang memberi kesadaran dan kemampuan kepada semua orang, utamanya generasi mendatang untuk berkontribusi lebih baik dalam pengembangan berkelanjutan pada masa sekarang dan yang akan datang,†kata Retno. Lebih lanjut Retno menambahkan, melalui pendidikan untuk pengembangan berkelanjutan ini diharapkan dapat mendidik manusia lebih sadar akan tanggungjawab secara individu yang dikontribusikan dengan menghormati hak-hak orang lain, alam dan diversitas, serta menentukan pilihan yang bertanggungjawab dan mampu mengartikulasikan semua itu dalam tindakan nyata.
Diakui oleh Retno, kondisi kehidupan manusia sekarang ini hidup dan tinggal dalam kondisi lingkungan yang tidak seimbang yaitu lebih banyak memanfaatkan daripada memelihara sumber-sumber natural. Jika hal ini terus menerus terjadi, tandasnya, akan menghasilkan bencana besar bagi generasi mendatang, maka hal ini tidak boleh terjadi.
“Kerusakan pada tanah dan daratan sudah mencapai 23 persen tingkat kerusakannya di permukaan daratan. Bahkan setiap tahun sebanyak 20 juta hektar tambahan lahan pertanian yang rusak dan kehilangan fungsinya,†katanya.
Kerusakan lahan yang disebabakan ulah manusia ini, imbuh Retno, berdampak pada sekitar satu milyar kehidupan masyarakat miskin, dan merusak integritas ekosistem secara struktural dan fungsional sehingga mengarah kepada hilangnya biodiversitas dan carbon sink yang bernilai global.
“Pencegahan dan pemulihan kerusakan tanah atau daratan setidaknya akan membantu pencapaian millenium development goal (MDGs) dan tujuan pokol global Environmenet Convention,†tambahnya.
Beberapa hal yang bisa dilakukan dalam mendukung pengembangan berkelanjutan, kata Retno, diantaranya mengubah pola hidup hemat untuk menjaga keseimbagan konsumsi dan produksi, melaksanakan implementasi teknologi baru yang ramah lingkungan dan pembentukan organisasi-organisasi sosial untuk bersama-sama mengkaji sebab-akibat serta mengatasi permasalahan perubahan global.
Sementara Manajer Pengelolaan KKN PPM dan RCE Yogyakarta, Eko Agus Suyono M.APP.Sc, memaparkan peran RCE Yogayakarta dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan melalui aksi pemberantasan buta aksara, mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang berkelanjutan dan membangun sistem komunikasi antara peguruan tinggi dengan pemerintah daerah.
“Kita berharap dari RCE ini bisa mendorong lahirnya kebijakan yang berbasis pembangunan berkelanjutan,†kata Eko. (Humas UGM/gusti Grehenson)