Bertempat dibelakang kantor PT BNI Jalan Kaliurang Yogyakarta, Rabu (17/12) pagi, Rektor UGM Prof Ir Sudjarwadi MEng PhD melakukan peletakan batu pertama pembangunan Food Court Plaza Campus UGM. Pembangunan food court yang bersebelahan dengan gelanggang mahasiswa UGM ini, diharapkan akan menjadi salah satu solusi penyelesaian penataan PKL di lingkungan UGM.
Selain itu, pembangunan Food Court UGM diharapkan menjadi salah satu upaya menciptakan lingkungan kampus yang rapi, bersih dan tertata. Sehingga para PKL yang semula berjualan di tepi jalan di sepanjang pintu masuk UGM diharapkan bisa memanfaatkan ruangan ini.
“PKL adalah bagian dari bangsa Indonesia dan PKL UGM adalah PKL yang berada di wilayah Universitas Gadjah Mada. Oleh karena itu, UGM sudah sejak lama menjalin komunikasi dengannya, sekaligus mengajaknya agar menjadi bagian dari UGM guna mengabdi untuk kepentingan dan kemakmuran bangsa,” papar Rektor.
Menurut Pak sudjarwadi, UGM secara berulangkali melakukan komunikasi dari hati ke hati. Namun, nampaknya belum semua warga dapat merasakan ketulusan hati UGM dalam memandang PKL sebagai sebuah potensi. Bahwa antara UGM dan PKL dapat belajar bersama-sama untuk meningkatkan mutu usahanya dalam rangka menapaki masa depan bersama.
“Karenanya tidak lama lagi UGM akan melakukan studi makin mendalam terhadap kegiatan-kegiatan yang ada di UGM. Dari kegiatan tersebut, UGM akan menarik sebuah garis antara mereka yang dapat merasakan ketulusan UGM dan mereka yang tidak bisa menangkap ketulusan baik UGM,” tuturnya.
Oleh karena itu dengan bantuan PT Bank BNI, pembangunan food court UGM akan dimulai dengan kapasitas 50 PKL. Hal ini menunjukkan bahwa banyak pihak di UGM saling terkait untuk kepentingan penataan lingkungan.
“Sudah sejak lama UGM menawarkan pada PKL untuk menjalani pembelajaran tanpa malalui perantara-perantara, karena di UGM sendiri memiliki banyak ahli yang kemampuannya bisa mengembangkan potensi-potensi peserta didik termasuk PKL didalamnya. Sehingga bagi yang berbakat tidak menutup kemungkinan akan dapat mencapai peghasilan yang luar biasa,” tandasnya.
Sementara itu, Agus Sudjarwo ST ARs, Manager Konsultan PT GMUM selaku penyelenggara mengatakan potret Pedagang Kaki Lima (PKL) merupakan bagian dari kondisi sosial ekonomi yang menjadi perhatian banyak pihak dan UGM tak luput darinya. Hal itu terlihat dengan semakin suburnya Pedagang Kaki Lima, khususnya mereka yang berada di area pintu masuk utama UGM.
“Tidak adanya penataan untuk penggunaan area berjualan menyebabkan kondisi yang tidak teratur, sehingga secara tidak langsung mengganggu pengguna jalan di area tersebut,” paparnya.
Oleh karena itu, kata Agus, telah disusun suatu perencanaan guna menampung para PKL. Yaitu pembangunan infrastruktur food court UGM yang menyediakan sarana gerobak, meja kursi pengunjung, saluran air bersih, tempat pembuangan sampah dan dilengkapi dengan sarana penunjang lainnya seperti MCK dan sebagainya.
“Total PKL yang dapat ditampung untuk awalnya lebih kurang 50 PKL. Dengan model penataan berdasarkan kapasitas besaran dan jenis dagangan,” jelas Agus dalam laporannya.
Agus menjelaskan penataan PKL merupakan bagian kecil dari penataan lingkungan UGM. Untuk itu, katanya, penataan ini akan diikuti oleh penataan-penataan di bidang lainnya, seperti perparkiran, sirkulasi kendaraan bermotor dan lain-lain.
“Karenanya keberadaan food court UGM diharapkan pada akhir Desember 2008 sudah bisa beroperasi dan pada akhir Januari 2009 sudah bisa dipergunakan secara keseluruhan,” tukasnya.
Peletakan batu pertama Food Court UGM diawali oleh Rektor dan diikuti Wakil Pemimpin PT BNI Tbk wilayah 05 Semarang. Sebelum itu, telah dilakukan penandatanganan naskah serah terima pembangunan Food Court dari PT BNI Tbk kepada UGM (Humas UGM)