Sebanyak 26 pakar dari Alumni Universitas Gadjah Mada yang tergabung dalam organisasi Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA) merekomendasikan beberapa langkah untuk mengatasi krisisi gobal yang kini melanda bangsa Indonesia. Meskipun mereka mengakui pemerintah sudah mengeluarkan beberapa kebijakan yang berkaitan dengan antisipasi krisis keuangan global tersebut, tetapi kebijakan tersebut menurut meereka perlu dikaji kembali secara menyeluruh tentang segala aspek kehidupan dan bersifat antisipatif jauh ke depan.
“Para alumni UGM sebagai bagian dari bangsa ini terpanggil untuk turut memberikan sumbangan pemikiran bagi upaya untuk mengatasi ancaman krisis global tersebut,†kata Prof Dr Sjafrie Sairin MA, ketua tim perumus hasil diskusi ahli “Menyikapi Krisis Globalâ€, Kamis (18/12), di Ruang Balai Senat UGM.
Didampingi oleh Rektor UGM Prof Ir Sudjarwadi MEng PhD dan Sekretaris PP KAGAMA Hamid Dipo, menyampaikan sembilan langkah dari diskusi para pakar dalam mensiasati dampak krisis keuangan dan ekonomi global yang telah melanda Indonesia diantaranya, melakukan penyesuaian APBN 2009 dengan prioritas untuk pembangunan infrastruktur dalam bentuk program padat karya disamping melakukan penataan bagi sektor informal di kota-kota dengan kebijakan anti penggusuran.
Di bidang pertanian, diambil langkah untuk mengarahkan petani miskin dan penganggur untuk mendapatkan lahan produktif sebagai modal untuk meningkatkan taraf hidup serta membatalkan rencana pemberlakuan pajak terhadap produk-produk pertanian,
Untuk bidang ekonomi makro, mendesak diturunkan suku bunga dan melonggarkan likuiditas untuk menggerakkan sektor riil serta memberikan insentif pajak bagi industri yang mempunyai basis penyerapan tenaga kerja yang besar.
“Intinya, melakukan penguatan terhadap industri dalam negeri,†katanya
Di samping itu, tambah Sjafrie, diperlukan kebijakan untuk meningkatkan pemanfaatan tenaga-tenaga sarjana yang terkena imbas PHK sebagai tenaga pendampingan di sektor pertanian, kesehatan dan kependudukan dan terakhir, melakukan reorientasi kebijakan-kebijakan pembangunan yang mendorong ke arah kemandirian bangsa.
Sebelumnya, dalam diskusi pakar yang dihadiri oleh pengamat ekonomi UGM Dr Sri Adiningsih, pakar politik Dr Anies Baswedan, Budayawan WS Rendra, Rektor UII Prof Dr Edy Suandi Hamid, Sejarawan Anhar Gonggong dan lain-lain. Sri Adiningsih dalam pemaparannya mengungkapkan krisis global telah menyebabkan instabilitas ekonomi makro yang semakin memburuk, ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang turun hingga 5 persen sehingga jumlah angka kemiskinan dan pengangguran kini semakin meningkat.
Menurutnya, Indonesia perlu membangun perekonomian yang memiliki daya tahan dan kelenturan yang tinggi agar dapat tetap berkembang dan bertahan dalam kondisi yang semakin dinamis dan kompetitif.
“Harus lebih fokus pada pembangunan ekonomi domestik untuk lebih mandiri dan melakukan revitalisasi industri dengan prioritas pada sumberdaya industri dan pembanganun infstruktur,†kata kepala Pusat Studi Asia Pasifik (PSAP) UGM ini.
Di samping itu, tambah Adiningsih, pemerintah juga disarankan secara serius mengelola resiko ekonomi dan fiskal disamping melakukan penguatan pada sektor UMKM dan kewirausahaan.
“Adapun modal asing adalah pelengkap dalam fakus pembangunan ekonomi ke depan,†katanya.
Sementara Anies Baswedan, menegaskan situasi krisis ini dalam beberapa bulan ke depan menjelang pemilu 2009 akan dimanfaatka dalam bentuk isu kampanye politik oleh partai pro pemerintah dan oposisi dalam rangka menarik perhatian publik. Menurut Anies, jangan heran jika nantinya banyak kebijakan-kebijakan populis yang akan muncul. â€Kebijakan populis ini bagian dari kampanye politik yang dilakukan bagi incumbent agar bisa terpilih kembali, kita bisa melihat dengan adanya kebijakan penurunan harga BBM dan program cash transfer seperti dalam padat karya dan BLT,†katanya.
Namun demikian, Anies berharap agar partai partai politik yang berseberangan dengan pemerintah untuk tidak memanfaatkan situasi krisis global ini untuk menebar sikap spesimisme kepada masyarakat karena bisa menimbulkan efek yang jauh lebih buruk.
Penting bagi calon pemimpin bangsa, kata Anies untuk menebar sikap optimisme melalui komunikasi politik yang baik dengan cara menawarkan solusi dan langkah-langkah dalam mengatasi krisis keuangan dalam isi programnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)