Dewasa ini, peran Koperasi Simpan Pinjam (KSP) sebagai sumber permodalan Usaha Menengah, Kecil dan Mikro (UMKM) dinilai belum optimal. KSP masih terkendala oleh banyak permasalahan, terutama kapasitas lembaga dan permodalan yang lemah, serta regulasi dan supervisi yang belum efektif. Bahkan dapat dikatakan, pilar industri KSP dianggap belum kokoh sehingga sebagian besar KSP belum sehat dengan pertumbuhan yang tersendat-sendat.
Kendala-kendala tersebut semestinya perlu segera diselesaikan agar sustainabilitas usaha KSP tetap terjaga sehingga dapat terus mendanai kegiatan UMKM. “Apalagi kondisi ekonomi mikro dewasa ini telah membaik, meski belum mampu menggerakkan sektor riil,†ujar Abdul Salam SE MM, Sabtu (8/12) di Sekolah Pascasarjana UGM.
Direktur PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mengatakan hal itu, saat ujian terbuka program doktor dengan mempertahankan desertasi “Sustainabilitas Koperasi Simpan Pinjam Dalam Rangka Peningkatan Peran Keuangan Mikro Bagi Pemberdayaan Masyarakatâ€. Bertindak selaku promotor Prof Dr Gunawan Sumodiningrat dan ko-promotor Prof Dr Abdul Halim MBA serta Prof Dr Irwan Abdullah.
Menurut Abdul Salam, perbankan saat ini memiliki sejumlah besar dana yang mengendap di SBI dan tidak tersalur ke sektor riil. Dana-dana itu tidak menjangkau usaha mikro, karena mereka dinilai bankable atau tidak layak menerima pinjaman bank.
“Meski BRI Unit dan BPR dapat berkembang baik, namun kedua Lembaga Keuangan Mikro (LKM) perbankan tersebut, belum berperan dalam mendanai aktivitas usaha mikro di level akar rumput. Tanpa upaya yang strategis, maka dikhawatirkan industri KSP akan kerdil dan bisa-bisa tidak bertahan,†tambahnya.
Data Badan Pusat Statistik menyebut, di tahun 2005 jumlah UMKM mencapai 44,69 juta unit atau sekitar 99,99 persen dari keseluruhan unit usaha ekonomi di Indonesia. Dari angka tersebut jumlah usaha mikro sebesar 43 juta unit atau sekitar 96,2 persen.
Jumlah tenaga kerja yang berhasil diserap UMKM di tahun 2005 mencapai 77,68 juta atau 96,78 persen dari total tenaga kerja Indonesia. Sementara dari segi kontribusi terhadap PDB, peran UMKM mencapai 54,22 persen.
Lebih lanjut, Abdul Salam menjelaskan iklim kondusif yang diciptakan pemerintah dan perbankan tanpa dukungan masyarakat pelaku industri menjadikan KSP tidak optimal. Dengan kemampuan yang terbatas sebagai lembaga keuangan alternatif, KSP tetap menjadi institusi yang marginal.
“Aksesibilitas yang terbatas menyebabkan terhambatnya penyerapan tenaga kerja dan usaha penanggulangan kemiskinan, yang secara teoritis semestinya bisa dilakukan oleh KSP. Selain itu, keterbatasan aksesbilitas masyarakat terhadap sumber keuangan alternatif menunjukkan misi LKM sebagai katup pengaman bagi masyarakat dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi tidak tercapai,†tandas mantan direktur PT PNM (Persero).
Pria kelahiran Kudus 28 Agustus 1948, suami Drg Murni Salam, Ayah dari Nuri Wulandari, Akbar Gama dan Nilam Permatasari, dalam ujiannya dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude sekaligus meraih doktor Ilmu Antar Bidang UGM. (Humas UGM)