Yogya, KU
Setiap perguruan tinggi seharusnya bertanggung jawab untuk mengembangkan kebudayaan lokal di masing-masing daerah tempatnya berada. Pengembangan kebudayaan tersebut juga harus melibatkan atau bekerja sama dengan media. Upaya ini penting dilakukan untuk mempertahankan kebudayaan daerah sebagai bagian dari kebudayaan nasional.
Demikian hal yang mencuat dalam dialog budaya di pelataran Grha Sabha Pramana (GSP) UGM, Sabtu (18/7) malam. Dialog dilaksanakan bersamaan dengan pagelaran wayang kulit “Lairipun Irawan” oleh Dalang Ki Radyo Harsono. Bertindak sebagai narasumber dalam dialog tersebut, Ketua Senat Akademik (SA) UGM, Prof. Dr. dr. Sutaryo, Sp.A(K), Direktur Utama RRI, Parni Hadi, dan pemerhati wayang, Drs. Sumargono.
Dalam pandangan yang disampaikan oleh Prof. Sutaryo, perguruan tinggi seharusnya memiliki misi untuk mengembangkan pendidikan dan kebudayaan. Pengembangan pendidikan dan kebudayaan bahkan tidak boleh dipisahkan. “UGM, sejak berdiri 60 tahun lalu, punya misi khusus sebagai balai nasional pengetahuan dan kebudayaan. Tugas UGM tidak hanya melahirkan ‘wong pinter’, tapi juga yang berbudaya,” katanya menjelaskan.
Sependapat dengan Sutaryo, Parni Hadi menekankan pengembangan kebudayaan/kesenian daerah juga perlu melibatkan kerja sama dengan media massa dan elektronik. Dengan demikian, kebudayaan daerah bisa diapresiasi oleh publik dan mendapat perhatian dari pemerintah dan pengusaha. Terkait dengan kesenian wayang, Parni Hadi mengusulkan kesenian tersebut harus beradaptasi dengan teknologi animasi agar dapat diterima oleh kalangan generasi muda, tetapi juga tidak kehilangan filosofinya untuk menyampaikan pesan yang baik.
“Di setiap pementasannya, wayang selalu menyampaikan nilai-nilai pesan sehingga setiap kemunculannya diliputi oleh suasana asah, asih, asuh,” ujarnya.
Sementara selaku kalangan pengusaha, Sumargono mengatakan dirinya sangat mendukung upaya pelestarian kesenian wayang. Menurutnya, masalah budaya merupakan sesuatu yang sangat penting dalam pengembangan kepribadian seseorang. “Wayang sebagai salah satu warisan dunia yang tidak ternilai harganya, maka sudah sepantasnya semua kalangan berperan untuk melestarikannya,” kata alumnus Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM ini. (Humas UGM/Gusti Grehenson)