Yogya, KU
Setelah bersaing cukup ketat akhirnya Tim Paduan Suara Mahasiswa Universitas Gadjah (PSM) UGM) berhasil menjuarai Festival Paduan Suara Mahasiswa (FPSM) se Jawa. Festival ini merupakan hasil kerjasama enam perguruan tinggi di Jogjakarta dengan Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) dan baru pertama kali dilaksanakan.
PSM UGM berhak atas juara pertama setelah menyisihkan paduan suara Universitas Airlangga Surabaya dan Universitas Atma Jaya Yogyakarta dalam partai Final.
Sebelumnya ada delapan tim paduan suara yang berhasil masuk final. Selain ketiga tim diatas, diantaranya Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Universitas Kristen Duta Wacana dan Teknologi Nasional (ITN) Malang, Universitas Janabadra (UJB) dan Unikom Bandung. Secara keseluruhan ada 17 kontestan yang ikut pada festival yang diselenggarakan selama 3 hari sejak Jumat (7/12) hingga Minggu malam (9/12) di Auditorium UKDW.
Perasaan senang dan gembira pun ditunjukkan oleh kru penyanyi PSM UGM, salah satunya Ratri Nurwati.
“Tentunya kita senang sekali meraih juara pertama festival paduan suara se jawa ini, padahal even ini baru pertama kali dilakukan,†ujar Ratri Nurwati, salah satu anggota penyanyi PSM UGM, Senin sore (10/12) saat dihubungi via telpon di Gelanggang Mahasiswa UGM.
Menurut mahasiswi fakultas Psikologi UGM angkatan 2005 ini, ada 27 penyanyi dan satu konduktor yang tergabung dalam PSM UGM yang terlibat dalam festival tersebut.
Diakui Ratri, sudah tiga kali dirinya mengikuti festival yang sama selama menjadi anggota paduan suara mahasiswa, dan kesemuanya mendapat juara. Diantaranya,juara tiga FPSM Piala Menpora Tahun 2006, Meraih penghargaan di tingkat ASEAN dan terakhir meraih juara pertama FPS se Jawa ini.
Dalam FPS Se jawa ini, kata Retri, timnya memerlukan waktu setidaknya tiga minggu untuk berlatih. “Selama tiga minggu, kita punya waktu 10 kali latihan, dan setiap latihan biasanya sampai 3-4 jam,†katanya.
Ratri menambahkan, pada babak final FPSM Se-Jawa ini setiap tim diminta membawakan tiga buah lagu. Yakni dua lagu yang dibawakan pada babak penyisihan serta satu lagu tambahan bebas. Ratri menandaskan bahwa aspek penilaian oleh juri terkait dengan pemilihan lagu, penampilan, teknik vocal dan performance.
“Dalam final, kita membawakan lagu Temaran berbahasa indonesia dan duah buah lagu dari Jerman,†tandanya.
Dihubungi secara terpisah, ketua panitia acara Soeharto Eddy Hartanto menjelaskan setiap kontingen terdiri dari 25-30 personel. Ada dua macam kriteria yang dinilai. Yakni Teknik suara dan performance.
“Untuk festival ini panitia memberikan kebebasan peserta membawakan lagu yang akan dinyanyikan. Hanya, satu lagu yang dibawakan berbahasa Indonesia. Peserta bebas memilih lagu. Yang penting masuk kategori musik Musik Profana,†terangnya.
Ia menjelaskan tujuan acara ini sebagai ajang krearivitas dan uji prestasi kolompok paduan suara di kampus. Rencananya, acara serupa juga akan digelar tahun depan.
“Rencanya akan menjadi agenda rutin. Tapi tempatnya kemungkinan digilir,†tandasnya.
Kepada para juara festival kali ini panitia memberikan penghargaan pada enam pemenang. Untuk juara pertama, diberikan tropi dan uang pembinaan sebesar Rp 7,5 juta. Sedang juara kedua dan ketiga masing-masing berhak atas uang pembinaan Rp 6 juta dan 5 juta. (Humas UGM/Gusti Grehenson)