Yogya, KU
Sebagai dasar negara, perlu ada penyegaran pemahaman baru mengenai Pancasila dengan meningkatkan fungsi integrasi bangsa dan meminimalisir fungsi distorsi dan legitimasi sebagaimana yang pernah terjadi di masa lalu.
Hal tersebut mengemuka dalam diskusi Pakar dan bedah buku karya As’ad Said Ali yang berjudul “Negara Pancasila, Jalan Kemaslahatan Berbangsa”, di ruang meeting room yusticia, UC UGM, Kamis (24/4). Beberapa pakar yang hadir diantaranya Guru Besar Filsafat UGM Prof. Dr. Koento Wibisono, Guru Besar Fakultas Hukum UGM Prof. Sudjito, Guru Besar UIN Prof Abdul Munir Mulkan, Prof. Assegaf, Kepala Pusat Studi Pancasila Agus Wahyudi, pengamat politik Fisipol UGM Dr. Abdul Gaffar Karim, Arie Sudjito, S.Sos, M.Si, Ary Dwipayana, SIP., M.Si.
Dalam Diskusi tersebut, As’ad Said Ali mengemukakan Pancasila hingga kini masih dipersepsikan dan diposisikan sebagai nilai yang amat normatif, dogmatis dan sulit disentuh wacana perubahan. Akibat pandangan ini lalu mengkristal menjadi ketakutan dan bahkan keengganan untuk mengkaji pancasila lebih dalam.
“Muncul pandangan bahwa pancasila tidak bisa diubah karena sama dengan mengubah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan sebagai perekat kebhinekaan atau sebagai watak bangsa, tidak bisa lepas dari paradigma ini,” kata As’ad yang masih menjabat sebagai wakil kepala BIN.
Meski begitu, As’ad mengakui tentang kecemerlangan para pendiri bangsa yang mampu dengan pas menyepakati dasar negara sesuai dengan karakter bangsa. Bahkan ia pun mengakui pemikiran tentang dasar negara ini sangat orisinal untuk dijadikan dasar dalam menentukan pilihan bentuk negara yang tidak sekuler dan tidak juga sebagai negara agama.
“Rumusan konsepsinya benar-benar diorientasikan sesuai dengan karakter bangsa,” kata lulusan jurusan Hubungan Internasional Fisipol UGM tahun 1974.
Lebih jauh ia menambahkan, para pendiri bangsa bukan hanya mampu menyingkirkan pengaruh gagasan negara patrimonial yang mewarnai sepanjang sejarah nusantara kolonial, namun juga mampu meramu berbagai pemikiran politik yang berlembaga saat itu secara kreatif sesuai kebutuhan masa depan modern anak bangsa.
Dalm buku terbitan LP3ES ini, As’ad menulis berbagai runutan sejarah perumusan Pancasila hingga perjalannya melalui demokrasi terpimpinnya Bung Karno, Orde Baru-nya Pak Harto hingga Orde Reformasi. Buku tersebut merupakan hasil dari berbagai kumpulan tulisannya yang dimuat di berbagai media yang dimulai sejak tahun 1993.
“Buku ini sudah lama saya tulis, dimulai tahun 1993, saya kumpulkan menjadi satu,” jelas pria kelahiran Kudus Jawa Tengah 1949 ini.
Adapun keinginannya membuat buku ini berangkat dari keprihatinannya terhadap perjalanan bangsa yang bisa salah arah dengan arus globalisasi yang menguat sekali sekarang ini. “Banyak elemen bangsa yang terpengaruh dan tidak dari arus globalisasi, buku ini diharapkan menjaga arah bangsa tetap pada tujuan semula,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)