Yogya, KU
Setelah menjadi cawapres yang berpasangan dengan Dr Susilo Bambang Yudhoyono, dalam pilpres 2009, Prof.Dr. Boediono, M.Ec mengadakan acara perpisahan dengan koleganya di Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM, Sabtu (23/5).
Seperti disampaikana Dekan FEB Prof. Dr. Marwan Asri, MBA, dirinya sebelumnya dihubungi oleh Boediono untuk mengadakan acara perpisahan dan bertemu dengan koleganya di FEB sebelum dirinya melangkah untuk bertarung dalam pilpres bulan Juli mnedatang.
“Pak bud (Boediono) ingin bertemu kawan-kawan, istilah pak Bud ingin pamitan. Saya sempat guyon, emang mau pergi kemana pak bud? Saya bilang, kebetulan sabtu hari libur, FEB jumlah dosennya banyak sekali, untuk teknis tempatnya tidak mencukupi sehingga PakBud setuju beberapa kolega yang diundang, sekaligus mengundang rektorat,” kata Marwan, saat memberi pengantar di acara perpisahaan. Beberapa kolega yang tampak hadir diantaranya Prof. Nopirin, Prof. Gunawan Sumodiningrat, Prof.Dr. Ainun Naim, MBA, Dr. Anggito Abimayu, dan Dr. Toni Prasentiantono.
Dalam kesemptan itu, Marwan mennyampaikan rasa kegembiraan dan kebanggaannya kepada Prof. Boediono yang mendapatkan kesempatan untuk maju sebagai cawapres. Meski belum terpilih, namun dirinya mengaku cukup bangga sebagai satu-satunya orang kampus yang dijadikan sebagai cawapres.
“Perkenankan saya atas nama fakultas, menyatakan kegembiraan, kebangaan yang sangat dalam atas terpilihnya bapak boediono sebagai cawapres untuk priode 2009-2014. Kami tidak bisa menggambarkan kebanggaan dan kebahagiaan kami dengan kata-kata, namun dengan kehadiran kami disini, sudah sangat menggambarkan bagaiaman perasan kami,” tandasnya.
Pendapat senada juga disampaikan oleh Rektor UGM Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng, Ph.D bahwa atas nama UGM dirinya merasa bangga karena pertama kalinya putra terbaik dari UGM terpilih sebagai cawapres.
“Secara personal dan rekan-rekan merasa bersyukur, kita berbahagia dan berbangga, salah satu putra terbaik, ditunjuk sebagai calon wakil presiden, tentu saja, sebuah amanah dan kehormatan yang kedepannya kita bisa ikut mendoakan itu yang terbaik,” ujar Sudjarwadi.
Tambah Sudjarwadi, sebagai warga UGM, Prof. Boediono harus tetap menjunjung nilai-nilai filosofi pendirian kampus UGM untuk selalu teris mengabdi bagi kepentingan dan kemakmuran bangsa yang dijiwai dengan nilai-nilai pancasila.
“UGM memiliki visi yang cocok dengan visi negara, yakni dijiwai pancasila, mengabdi kepada kepentingan dan kemakmuran bangsa. Kemudian, di kalimat lagu hymne Gadjah Mada, tertulis lirik kujunjung kebudayaanmu, kejayaan indonesia, kujunjung kebudayaanmu, kejayaan nusantara,” Tiru sudjarwadi membacakan lirik lagu hymne Gadjah Mada .
Dalam kesempatan itu, Sudjarwadi juga menyampaikan beberapa titipan pesan hasil tulisan mahasiswa yang dikerjakan hingga rampung jam 2 dinihari.
“Ini ada titipan dari mahasiswa yang dikerjakan pukul dua malam baru selesai, sekalian ada flasdish di dalamnya, disampulnya tertulis kata-kata ‘Dalam keterbatasan cakrawala kami, kami mohon ya Tuhan kami, singkapkanlah tabir-Mu, agar bisa menjumpai-Mu dari setiap langkah’,”kata Sudjarwadi.
Sementara salah satu Ekonom UGM A. Tony Prasetiantono, Ph.D saat berkesempatan menyampaikan kesan dan pesannya terhdap Prof Boediono. Lebih jauh toni menyampaikan bahwa dirinya menolak pandangan bahwa Boediono merupakan seorang ekonom neoliberal. Disebutkan Toni, jauh sebelum istilah neoliberal muncul tahun 1986 saat krisis ekonoi sedang melanda Amerika Latin, Prof Boediono bersama Prof Mubyarto tahun 1980 telah mengembangkan adanya gagasan ekonomi Pancasila, yang sekarang ini lebih dikenal dengan nama ekonomi kerakyatan.
“Pak Boediono itu bersama almarhum Prof. Mubyarto telah mengembangkan ekonomi Pancasila. Jadi tudingan itu masih perlu dilihat secara cermat terlebih dahulu,” terang Toni Prasetyantono.
Di mata Tony, sosok Boediono dikenalnya sebagai figur dosen yang sederhana, rajin, bahkan jarang membolos tidak mengajar mahasiswa. (Humas UGM/Gusti Grhenson)