Yogya, KU
Kesehatan konsumen harus semakin diutamakan. Perlindungan terhadap produk pangan yang berpotensi membahayakan kesehatan harus semaksimal mungkin dilakukan. Daging bangkai adalah daging yang berasal dari hewan yang telah mati sebelum disembelih. Penipuan dengan modus menjual daging bangkai perlu ditanggulangi dengan pendeteksian awal. Salah seorang peneliti Bagian Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM, Dr. drh. Yatri Drastini, M.Sc., berhasil menciptakan alat deteksi daging bangkai yang diberi nama Durante.
Kepada wartawan, Selasa (21/7), Yatri mengatakan alat tersebut berupa reagen untuk deteksi cepat daging bangkai, sangat mudah digunakan, dan memberikan hasil yang akurat. “Alat ini dapat mendeteksi tingkat kebenaran daging bangkai hingga 95 persen,” kata wanita kelahiran Tulungagung, Jawa Timur, 1949 ini.
Menurut Yatri, mekanisme kerja Durante menggunakan hasil cairan ekstrak darah dari daging yang mengandung hemoglobin yang bereaksi secara kimia dengan larutan reagen. Kemudian, dari reagen ini akan diketahui apakah terjadi perubahan warna atau tidak. “Intinya, prinsip kerja menggunakan larutan kimia yang bereaksi dengan darah daging. Biasanya, daging bangkai mengandung kadar hemoglobin (Hb) yang lebih banyak dibanding daging segar sebab kalau bangkai tidak dipotong sehingga darah tidak keluar. Kalau daging yang dipotong itu darahnya keluar sehingga kadar Hb lebih sedikit,” ungkapnya.
Ibu satu anak ini menjelaskan perubahan warna pada reagen menunjukkan larutan kimia tidak bereaksi dengan Hb darah. Apabila terjadi perubahan warna reagen menjadi hijau tua, berarti daging yang dideteksi merupakan daging bangkai. Sebaliknya, jika warna reagen berubah menjadi biru, dapat dipastikan daging tersebut merupakan daging segar. “Untuk memastikan daging ini bangkai atau tidak, hanya perlu waktu satu menit,” katanya.
Menurut pengakuan Yatri, alat temuannya sudah digunakan di beberapa dinas peternakan saat berlangsung operasi pasar. Untuk sementara, alat tersebut sedang diurus hak patennya. Lebih jauh diceritakan, awal penelitiannya dimulai sejak 1997. Pada mulanya ia melakukan sendiri, kemudian dalam perkembangannya diajaknya rekan peneliti lain dan beberapa mahasiswa program S3. “Komposisi bahan kimia reagen belum disampaikan ke publik karena dalam pengurusan paten,” terangnya.
Dalam kesempatan terpisah, salah satu dosen Ilmu Kesmavet FKH UGM, Dr. drh. Widagdo, yang ditemui dalam pameran mini expo kegiatan Research Week di Grha Sabha Pramana UGM mengatakan alat ini cukup efektif untuk mendeteksi daging bangkai yang dijual di pasaran. Alat ini bahkan telah dimanfaatkan oleh dinas-dinas peternakan se-DIY. (Humas UGM/Gusti Grehenson).