Rektor UGM, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng., Ph.D., mengungkapkan pentingnya penerapan internasionalisasi sumber daya manusia di tingkat universitas. Internasionalisasi merupakan instrumen yang digunakan untuk meningkatkan keefektifan dalam mencapai tujuan yaitu tri dharma perguruan tinggi. Untuk itu dibutuhkan semangat motivasi yang tinggi untuk menempatkan UGM pada posisi yang dikenali dan dihargai di tingkat dunia dalam melaksanakan tugas-tugasnya yaitu tri dharma pada kualitas yang tinggi.
“Pada umumnya pegawai UGM dalam bekerja hanya menggunakan kuranglebih 10-15% dari kemampuan puncaknya. Hal ini bisa disebabkan dari diri sendiri, lingkungan, tantangan kerja serta faktor-faktor lainnya,” kata rektor dalam sambutanya di Balai Senat UGM, Selasa (7/4) pada Seminar “Internasionalisasi Sumber Daya Manusia dan Manajemen Perguruan Tinggi”. Melalui pengamatan dari berbagai dunia yang telah menerapkan internasionalisasi, imbuh rektor, cara-cara tersebut dikombinasikan dan disinergikan untuk diterapkan di UGM.
Ditambahkan rektor dalam rangka mewujudkan internasionalisasi di UGM, universitas mendukung setiap individu yang berpotensi untuk terus mengembangkan kemampuannya dan juga memfasilitasi networking untuk bertukar pikiran dan pengalaman. Disamping itu juga dengan menciptakan suasana kerja yang jauh lebih baik.
Dalam seminar yang diselenggarakan oleh Direktorat Sumber Daya Manusia (SDM) UGM mengadirkan pembicara Wakil Rektor Senior Bidang Administrasi, Keuangan, dan Sumber Daya Manusia UGM, Ainun Na’im Ph.D., mantan dekan Fakultas Kedokteran UGM Prof. Dr. dr. Hardyanto, Sp.KK(K), dan juga beberapa dosen tamu dari Fakultas Ilmu Budaya UGM.
Ainun Na’im Ph.D., mengatakan globalisasi merupakan kenyataan yang harus dihadapi serta dikelola. Dalam menghadapi globalisasi diperlukan tenaga profesional yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan internasional. Strategi internasionalisasi merupakan salah satu cara yang dipakai untuk menghadapi kompetisi global yang tidak hanya diterapkan oleh dunia industri tetapi juga telah lama digunakan dalam dunia pendidikan.
Dalam pendidikan tinggi, terang Ainun, internasionalisasi dilakukan terkait dengan hubungan sosial politik dan ekonomi antar negara. Dalam perkembangannya internasionalisasi sebagai strategi universitas dipandang sebagai pendekatan strategik untuk mendapatkan reputasi serta untuk mencapai tujuan universitas. Iinternasionalisasi perlu dilakukan selain untuk meyebarkan, mempertahankan dan menjaga nilai budaya Indonesia juga untuk mendapatkan keunggulan kompetitif sumber daya manusia terbaik.
“Sebagai ’emerging market’, Indonesia memiliki banyak hal yang unik yang dapat menjadi bagian dari khasanah ilmu pengetahuan dan talenta, ketrampilan profesional yang dimiliki akan mendapatkan penghargaan dari masyarakat internasional,”jelasnya.
Menurut Ainun, tantangan yang dihadapai UGM dalam mewujudkan internasionalisasi salah satunya kenyataan akses pasar internasional untuk kuliah di UGM masih minim. Pasar Asia memiliki kecenderungan memilih Eropa dan Amerika. Masalah kecukupan dari aspek kuantitas dan kualitas dosen serta akreditasi internasional juga perlu mendapatkan perhatian khusus.
Sedangkan mantan dekan Fakultas Kedokteran UGM Prof. Dr. dr. Hardyanto, Sp.KK(K), menuturkan bahwa Fakultas Kedoktearn telah menerapkan internasionalisasi selain Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB), adapun pendekatan yang digunakan menuju internasionalisasi dengan melakukan pertukaran mahasisnwa/staff, menyelenggarakan kelas internasional, mengembangkan riset dan kerjasama internasional. Juga mengembangkan kultur dan suasana kampus yang mendukung internasionalisasi dan kegiatan interkultural. Program internasionalisasi pada prakteknya terganjal beberapa hal misal, kebijakan institusional yang kurang jelas, peraturan yang kurang mendukung, serta prosedur administrasi yang sulit. “Dari sisi SDM sendiri juga masih belum siap selain itu juga berkembang persepsi bahwa internasionalisasi akan menurunkan Nasionalisme serta mengganggu porsi lokal,”tegasnya.
Sementara itu koordinator program internasionalisasi SDM UGM, Dr. Supra Winarti, menyampaikan kegiatan ini diikuti oleh 100 orang pegawai dari seluruh unit kerja di UGM yang terdiri dari staf pengajar dan tenaga kependidikan. Acara ini merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan pemahaman bersama tentang World Class Riset University (WCRU) yang selama ini belum merata dan juga untuk meningkatkan sumber daya manusia UGM yang lebih profesional serta meningkatkan motivasi setiap individu untuk mengembangkan kemampuan dirinya dalam berbagai hal. Selain hal itu diharapkan juga dapat menunjang kelancaran perubahan budaya yang diharapkan bisa meningkat ke standar internasional.
Disampaikan Supra para dosen dan tenaga kependidikan akan dimagangkan ke berbagai perguruan tinggi di Indonesia yang telah menerapkan internsionalisasi serta melakukan studi ke luar negeri untuk mempelajari bagaimana penyelenggaraan internasionalisasi yang baik. (Humas UGM/Ika)