Kebutuhan akan konsumsi minyak sebagai bahan energi di Indonesia semakin meningkat dari waktu ke waktu. Padahal, produksi minyak dalam negeri tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Sementara itu, bangsa ini sesungguhnya memiliki cadangan gas yang berlimpah dan dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan bahan bakar selama 40 tahun ke depan. Sayangnya, bahan bakar gas belum begitu banyak dimanfaatkan secara optimal.
“Seharusnya kita banyak memanfaatkan bahan bakar gas (BBG) ini sebagai sumber energi alternatif di Indonesia dan sebagai usaha mengkonservasi energi nasional. Dengan menggunakan BBG untuk mengganti BBM, secara nasional telah menghemat sekitar 60 triliun/tahun atau sekitar 40 trilliun/tahun untuk wilayah Jawa dan kurang lebih 17 triliun/tahun Jabodetabek,” terang Direktur PT Medco E & P Indonesia, Ir. Budi Basuki. Pernyataan tersebut disampaikan dalam acara penandatanganan naskah kesepahaman antara Fakultas Teknik (FT) UGM dengan PT Medco E & P Indonesia, di Lantai V Sekolah Pascasarjana, Rabu (22/7).
Ditambahkan oleh alumnus FT UGM Jurusan Teknik Mesin ini, penggunaan BBG di Indonesia juga akan mengurangi ketergantungan pada impor minyak. Seperti diketahui bahwa untuk memenuhi separuh kebutuhan minyak dalam negeri masih harus dilakukan dengan mengimpor. Selain itu, harga gas lebih stabil karena tidak terpengaruh oleh perubahan harga minyak dunia. ”BBG ini juga bersifat ramah lingkungan, di mana mampu menekan laju polusi hingga 80-90%,” jelasnya.
Meskipun demikian, untuk menyosialisasikan kepada masyarakat tentang konversi BBM ke BBG bukanlah pekerjaan yang mudah. Dituturkan oleh Budi Basuki, untuk menerapkan konversi minyak ke gas dibutuhkan kesiapan infrastrukur yang matang. Kendala yang dihadapi selama ini selain persoalan teknis, seperti masih mahalnya harga conversion kit mobil, terbatasnya stasiun pengisian BBG, dan adanya keterbatasan sparepart serta bengkel, juga belum tuntasnya kebijakan energi di Indonesia. Di samping itu, harga BBM juga masih disubsidi, pada tahun 2008 bahkan mencapai 180 triliun.
Disampaikan Budi Basuki, dibangunnya kerja sama dengan UGM di bidang penelitian dan SDM merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mengembangkan secara inovatif sumber daya energi guna meningkatkan manfaat bagi semua pihak.
Dalam menanggapi persoalan keterbatasan cadangan energi minyak, Dekan FT UGM, Ir. Tumiran, M.Eng., Ph.D., menyarankan kepada semua pihak untuk menggunakan sumber energi dengan bijak dan efisien. Sementara itu, pemerintah juga harus dapat mengoptimalkan sumber-sumber energi yang ada sehingga bisa menjadi nilai tambah bagi perekonomian bangsa.
Dalam kesempatan tersebut, Tumiran juga menyampaikan rasa terima kasih dan menyambut baik kerja sama yang dilakukan. Kerja sama tersebut diharapkan dapat memberi manfaat tidak hanya bagi UGM, tetapi juga PT Medco.
Selain penandatangan naskah kerja sama, dilakukan pula penyerahan 1 unit gas converter dari PT Medco kepada FT UGM. Gas converter merupakan alat yang digunakan untuk mengonversi bahan baker gas dan liquid. Selain itu, PT Medco bekerja sama dengan FT UGM juga membangun pendirian papan billboard informasi gas emisi yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor yang melintas di daerah tersebut. Menurut rencana papan billboard akan dipasang di simpang empat Selokan Mataram dan akan diresmikan dalam waktu dekat ini. (Humas UGM/Ika)