• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Pelaksanaan Sistem Usaha Tani Terpadu Belum Terintegrasi

Pelaksanaan Sistem Usaha Tani Terpadu Belum Terintegrasi

  • 30 Juli 2009, 12:33 WIB
  • Oleh: Ika
  • 14964

Sistem usaha tani terpadu merupakan bentuk pelaksanaan sistem pertanian berkelanjutan di tingkat petani. Sistem ini sebenarnya telah lama dipraktikkan oleh masyarakat tani di Indonesia sebagai bentuk ekspresi usaha menghadapi tantangan lingkungan untuk bertahan hidup. Namun sayang, dalam pengembangannya masih dilakukan secara sepotong-sepotong, belum terintegrasi.

“Hal inilah yang menjadi penyebab mengapa sampai sekarang program pengembangan sistem pertanian berkelanjutan mengalami kemandegan hanya sampai di tingkat konsep. Sebenarnya masyarakat tani di Indonesia sudah cukup lama mendengar istilah pertanian berkelanjutan ini, tetapi praktik pelaksanaannya seperti apa tidak banyak yang mengetahuinya,” kata Prof. Dr. Ir. Djoko Prajitno, M.Sc., dalam pidatonya saat dikukuhkan pada jabatan Guru Besar Fakultas Pertanian UGM, di Balai Senat UGM, Kamis (30/7).

Dalam pidato yang berjudul ”Sistem Usaha Tani Terpadu sebagai Model Pembangunan Pertanian Berkelanjutan di Tingkat Petani”, disampaikan oleh pria kelahiran Yogyakarta, 30 Maret 1948 ini bahwa sebenarnya sistem usaha tani terpadu bersifat multikomoditas. Sistem tersebut menjanjikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan sistem pertanaman tunggal/monocropping. Meskipun demikian, kombinasi komoditas yang diusahakan harus sesuai dengan kapabilitas, sumber daya, dan kebutuhan petani yang mengusahakannya. Selain itu, juga harus sesuai dengan berbagai faktor lingkungan ekonomi-sosial yang berada di sekitar petani.

Disebutkan oleh dosen yang menggeluti bidang budidaya pertanian ini, Desa Sangiang, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, merupakan salah satu contoh potret desa yang berhasil menuai manfaat dari penerapan sistem usaha tani terpadu. Masyarakat tani desa tersebut menerapkan sistem usaha tani terapdu jagung-sapi potong di lahan sawah. Sistem tersebut ternyata mampu meningkatkan pendapatan petani sampai 40% dan efisiensi penggunaan hijauan makanan ternak hingga 405 kali lipat. Pada program itu, setiap 5 sapi potong dalam waktu 4 bulan menghasilkan 6,6 ton kotoran sapi yang bisa memenuhi kebutuhan pupuk organik bagi 1 ha tanaman jagung. Hanya saja, pada program ini gas metana yang dihasilkan belum dimanfaatkan secara optimal.

Lebih lanjut dipaparkan oleh suami L.Y. Hendrayatun, B.Sc. dan ayah Dr. Ing. D. Hendra Amijaya, S.T., M.T. Serta F. Weni Tyaslitiani, S.Si., M.Y ini., meskipun usaha tani terpadu kelihatannya mampu menjadi inovasi teknologi yang atraktif, tetapi aspek manajemen yang dihadapi tidaklah mudah. Tidak hanya sekedar menambah satu dua komoditas untuk diusahakan, tetapi juga memperkenalkan suatu pendekatan sistem usaha tani baru yang membutuhkan satu set teknologi serta kemauan manajemennya.

“Paket teknologi yang bisa teradopsi dengan baik adalah yang muncul dari hasil pemikiran/penyesuaian para petani itu sendiri. Paket semacam ini biasanya memenuhi spesifikasi lokasi dan situasi, kondisi sosial ekonomi petani, serta sesuai dengan kemampuan manajemen dan sumber daya petani,” jelas pria yang tergabung dalam Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI) ini. (Humas UGM/Ika)

Berita Terkait

  • Tim Fakultas Pertanian UGM Kembangkan Eco Farm-Tourism di Cangkringan

    Monday,01 November 2021 - 13:00
  • Dosen UGM Kembangkan Rektanigama

    Tuesday,11 February 2020 - 14:47
  • Fakultas Peternakan - Holcim Sepakat Kerjasama Pengembangan Pertanian Terpadu

    Friday,10 August 2012 - 0:47
  • 60 Petani Kembangkan Pertanian Terpadu di Kawasan SUTET

    Wednesday,16 December 2009 - 15:31
  • Pakar Pertanian Berkelanjutan, Prof. Djoko Prajitno Meninggal Dunia

    Sunday,15 April 2018 - 11:37

Rilis Berita

  • Dosen Perikanan UGM Murwantoko Dikukuhkan sebagai Guru Besar 21 March 2023
    Dosen Departemen Perikanan, Prof. Dr. Ir. Murwantoko, M.Si., dikukuhkan sebagai G
    Gloria
  • Komunitas Mahasiswa Hindu UGM Ikuti Tawur Agung di Candi Prambanan 21 March 2023
    Mahasiswa UGM yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Komunitas Mahasiswa Hindu Dharma (UKM
    Ika
  • 40 UMKM Mengikuti Pelatihan Peningkatan Kualitas Proses Pengolahan dan Pengemasan Produk 21 March 2023
    Sebanyak 40 pelaku UMKM mengikuti Pelatihan Peningkatan Kualitas Proses Pengolahan dan Pengemasan
    Agung
  • UGM Kembangkan Aplikasi TOMO Untuk Penanganan Tuberkulosis Resisten Obat 21 March 2023
    Penyakit tuberkulosis (TB) masih menjadi persoalan kesehatan di Indonesia. Dalam lapora
    Ika
  • Entrepreneur di Bidang Peternakan Masih Minim 21 March 2023
    Meski masih terbuka lebar Indonesia masih kekurangan entrepreneur di bidang peternakan. Data Bada
    Agung

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual