Kejadian kanker nasofarings relatif tinggi di Indonesia. Kanker ini merupakan tumor ganas nomor satu yang sering terjadi pada bagian kepala dan leher serta menduduki posisi keempat pada pria di Indonesia.
Pada stadium dini terlihat gejala minor dan tidak spesifik. Akibatnya banyak pasien datang ke dokter sudah pada stadium lanjut, sehingga sulit tertangani dan berujung pada morbiditas dan kematian tinggi.
Demikian disampaikan Prof Dr I Bing Tan saat dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Kedokteran UGM, Kamis (13/12) di ruang Balai Senat. Ia mengucap pidato “Towards Globalization of Indonesian Multidiciplinary Head And Neck Surgery And Oncologyâ€.
Kata dokter asal Belanda itu, kanker nasofarings stadium awal masih dapat diatasi dengan cara radioterapi. Meski demikian kondisi laryngectomy tetap tak terhindarkan.
Konsekuensi dari prosedur ini adalah hilangnya suara. Akibatnya, 25 – 30% pasien-pasien menolak penanganan model ini, karena mereka menganggap morbiditas ini tidak dapat diterima.
“Pemulihan suara pasca operasi dulunya sulit. Esophageal speech sulit untuk dikuasai dan prosedur bedah seperti stafferi atau amatsu sering memunculkan masalah seperti fistula dan aspirasi,†ujar pria kelahiran Maastricht, Netherlands 10 Februari 1953 ini.
Kini, kata Prof Bing Tan, rehabilitasi suara dengan menggunakan implant suara menjadi metode pilihan. Menurutnya, keuntungannya jelas karena metode ini mudah dikuasai.
“Pulihnya kemampuan bicara dengan metode ini lebih dari 85%,†tandasnya. (Humas UGM).