Seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi, berbagai ekstrak tanaman telah dieksplorasi penggunaannya. Beberapa tanaman diketahui dapat dimanfaatkan sebagai bahan pencegahan, sekaligus terapi penyakit gigi dan mulut. Salah satu misalnya ekstrak daun teh segar yang terbukti memiliki daya anti bakteri S. alpha. Bakteri yang berada pada plak gigi penderita gingivitis dapat terhambat pertumbuhannya setelah berkumur dengan ekstrak teh hijau.
“Kandungan alkylamines dalam teh hijau ini diduga akan meningkatkan memori sel T?? yang dapat merespon antigen bakteri penyebab gingivitis,” terang Prof. Dr. drg. Regina T.C. Tandelilin, M.Sc. saat dikukuhkan pada jabatan Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi UGM, Senin (10/8), di Balai Senat UGM.
Diungkapkan oleh istri Prof. Dr. Eduardus Tandelilin, M.B.A., C.W.M., dan ibu dr. Andreas Avellini K. Tandelilin dan Stanislaus Mahesworo C. Tandelilin ini, larutan ekstrak bunga cengkeh juga bermanfaat sama dengan larutan 0,1% hexetidine yang merupakan kandungan utama obat kumur paten di pasar. Ekstrak bunga cengkeh terbukti mampu menghambat pertumbuhan S. alpha pada plak gigi penderita gingivitis dan menurunkan jumlah leukosit cairan celah gingiva.
Dalam pidato yang berjudul “Perawatan Kesehatan Gigi dan Mulut: Pendekatan Biologi Mulut Kekinian dan Indigenous Wisdom”, disebutkan oleh Regina bahwa pada penderita gingivitis kategori sedang, pertumbuhan bakteri S. alpha dapat ditekan dengan berkumur bahan yang mengandung minyak kelapa murni. Minyak atsiri lengkuas in vitro mempunyai indikasi efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri S. alpha dan Staphylosissus aureus yang resisten terhadap multi antibiotik. Peradangan sebagai bentuk respon terhadap adanya suatu infeksi terbukti dapat ditekan oleh bahan dari tumbuhan. Penelitian in vitro mengindikasikan minyak atsiri lengkuas mempunyai efek anti radang dengan menekan produksi nitrit oksida dan mampu menekan fumgsi aktivitas fagositosis pada makrofaga RAW 264.7 cell lines.
Penelitian lain menunjukkan ekstrak pegagan dan buah adas mampu menekan aktifitas glutathione S-transferase, sedangkan curcumin sintesis mampu meningkatkan kadar glutathione. “Kesemuanya sebagai bahan obat kumur dan ketiganya berfungsi sebagai antioksidan sehingga dapat untuk menekan perkembangan radang. Efek anti radang tersebut didapatkan juga pada ekstrak buah mengkudu yang sebanding dengan fenilbutazon saat diberikan peroral,” jelas wanita kelahiran Solo, 30 Mei 1959 ini.
Meskipun demikian, tutur peraih gelar master pada kajian mikrobiologi di University of the Philippines at Dilman ini, harus diingat bahwa ada individu yang menunjukkan reaksi alregi terhadap obat, termasuk obat herbal. Ini ditunjukkan oleh gel lidah buaya saat diaplikasikan pada mukosa rongga mulut guna menyembuhkan luka dan mengontrol peradangan.
Lebih lanjut dikatakan oleh wanita yang tergabung dalam tim ahli Indonesian Oral Biologist Assc ini, dari sediaan herbal tersebut, perlu dilakukan penelitian lanjutan agar terdapat kepastian keamanannya. Selain itu, tindakan pencegahan terbaik adalah berkunjung ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali untuk memeriksakan kesehatan rongga mulut. (Humas UGM/Ika)