Yogya, KU
Pakar bencana UGM, Dr. Sunarto, mengimbau masyarakat untuk membudayakan hemat air dalam rangka mewaspadai musim kemarau panjang akibat datangnya El Nino. “El Nino ini menyebabkan kekeringan dalam jangka waktu panjang. Air tanah semakin berkurang karena tidak ada suplai hujan,” kata Sunarto kepada wartawan di sela-sela kegiatan pelatihan tenaga pendampingan masyarakat untuk kegiatan pengurangan risiko bencana. Pelatihan diselenggarakan oleh Pusat Studi Bencana (PSB) UGM, di Hotel Brongto, Yogyakarta, Kamis (13/8).
Kepala PSB UGM ini menambahkan pada saat musim kemarau panjang akibat El Nino, banyak air sumur yang kemungkinan besar akan kering sehingga masyarakat kesulitan mendapatkan suplai air bersih. Untuk mengatasi hal tersebut, dirinya menyarankan masyarakat untuk berhemat dalam menggunakan air sejak sekarang. “Perlu pencegahan, jangan sampai membuang air, kalau perlu hemat air,” pesannya.
Saat disinggung tentang munculnya gunung-gunung berapi di beberapa wilayah yang mulai aktif kembali, Sunarto mengatakan kondisi tersebut tidak perlu dikhawatirkan. Justru gunung berapi yang sedang tidak aktif yang perlu diwaspadai. “Gunung berapi yang tidak aktif menunjukkan adanya energi yang tersimpan di dalamnya, memiliki risiko meletus, dan terjadinya gempa bumi,” katanya.
Staf pengajar Fakultas Geografi ini menyebutkan di Indonesia terdapat 129 gunung berapi, tidak semuanya aktif, ada yang mati, tidur, dan istirahat. Untuk sementara ini, tiga gunung berapi yang sedang normal aktif adalah Gunung Slamet, Semeru, dan Krakatau. “Ketiga gunung ini aktif normal dan sudah memasuki tahap penurunan aktivitas,” katanya.
Sunarto menyebutkan bencana letusan gunung berapi pernah terjadi di Indonesia sebelumnya. Meletusnya Gunung Merapi pada tahun 1006 menyebabkan runtuhnya kerajaan Mataram Hindu sehingga dikenal sebagai masa pralaya. Sekitar dua abad susudahnya, Gunung Tambora di Sumbawa, NTB, meletus pada 11 April 1815 dan menelan korban 90 ribu jiwa. Berikutnya, meletusnya Gunung Api Krakatau pada 27 Agustus 1883 menimbulkan tsunami dengan korban jiwa sebanyak 36 ribu. (Humas UGM/Gusti Grehenson)