Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), sekitar 12 persen populasi penduduk Indonesia saat ini menderita penyakit stroke. Dari jumlah itu, penderita stroke di usia produktif meningkat daripada beberapa tahun lalu. “Kondisi ini berbeda dari beberapa tahun lalu karena saat ini penderita stroke yang dijumpai di bangsal neurologi banyak yang merupakan usia produktif,” ujar Dekan Fakultas Kedokteran (FK) UGM, Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D., saat memberikan sambutan pada peluncuran buku karya dosen FK UGM, di KPTU fakultas tersebut, Jumat (21/8).
Dalam kesempatan itu, tiga buah buku diluncurkan sekaligus. Ketiga buku yang dimaksud, masing-masing berjudul ‘Promosi Kesehatan dalam Lingkup Kesehatan Reproduksi’ karya dr. Ova Emilia, Sp.OG, Ph.D., ‘Obstetri Fisiologi’ karya dr. Risanto Siswosudarmo, Sp.OG(K) dan dr. Ova Emilia, Sp.OG, Ph.D., dan ‘Manajemen Stroke, Evidance Based Medicine’ karya dr. Abdul Ghofir, Sp.S.
Salah satu penulis, dr. Abdul Ghofir, Sp.S., menuturkan munculnya penyakit stroke karena dipicu faktor risiko penyakit pendukung lain, seperti penyakit jantung, saraf, diabetes militus, darah tinggi, dislipidemia, usia tua, dan obesitas yang menyebabkan fungsi motorik, sensorik, saraf kranialis, dan fungsi kognitif menjadi terhambat. Selain itu, katanya, gaya hidup yang tidak sehat juga menjadi faktor pemercepat datangnya penyakit ini.
“Di antaranya kebiasaan merokok, pemakaian alkohol, pengkonsumsian makanan berkolesterol tinggi, dan sebagainya,” terang Ghofir saat membedah bukunya. Menurutnya jenis kelamin dan ras juga menjadi penentu munculnya penyakit stroke. Angka kejadian penyakit stroke lebih banyak dialami wanita daripada laki-laki, yang diakibatkan perbedaan profil faktor risiko vaskular dan substipe dari stroke. Hal itu disebabkan wanita memiliki kecacatan stroke yang lebih berat dibandingkan lawan jenisnya.
Penyakit stroke bila terjadi dalam jangka waktu yang panjang akan memunculkan komplikasi neurologis dan medis, bahkan dapat berakibat mortalitas akibat perburukan stroke. “Sedangkan bila dikaitkan dengan ras, berdasarkan hasil dari data follow up selama 13,4 tahun ternyata didapatkan hasil ras kulit hitam memiliki multivariate adjusted risk ratio sebesar tiga kali lipat dibandingkan dengan kulit putih,” jelasnya.
Untuk menangani penyakit ini, dr. Ghofir menyarankan perlu terapi yang komprehensif. Terapi ini diperlukan guna menurunkan angka kematian akibat stroke. Di samping itu, diperlukan pula penanganan secara dini untuk menghindari timbulnya komplikasi dan tindakan-tindakan rehabilitasi serta terapi nutrisi pada pasien pascastroke. “Manajemens stroke dengan pendekatan evidence based medicine atau penanganan berdasarkan obat juga bisa menjadi acuan terapi yang komprehensif,” tambahnya.
Sementara pembicara lainnya, dr. Ova Emilia, Sp.OG, Ph.D, yang menulis buku berjudul ‘Promosi Kesehatan dalan Lingkup Reproduksi’ menyatakan banyak kematian ibu melahirkan justru terjadi di rumah sakit (RS). Hal ini mengindikasikan terdapat kesalahan saat penanganan pasien ibu hamil di RS tersebut. Sebagai akibatnya, berdasarkan data Departemen Kesehatan (Depkes), angka kematian ibu melahirkan pada saat ini cukup tinggi, yakni sebesar 228 per 100 ribu penduduk di Indonesia. “Kematian ini bisa dikarenakan perilaku perempuan maupun petugas kesehatan sehingga sistem kesehatan reproduksi secara keseluruhan harus diperbaiki, tidak hanya sumber daya manusia tenaga medisnya,” kata Ova. (Humas UGM)