Yogya, KU
Puluhan mahasiswa dari Bali yang tergabung dalam Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma (KMHD) UGM melakukan kampanye cinta Tari Pendet. Aksi digelar di depan Istana Negara Gedung Agung Yogyakarta, Minggu sore (30/8). Kampanye dilakukan dengan menampilkan pagelaran Tari Pendet sebanyak 24 kali selama satu jam. Dengan durasi masing-masing 8 menit, 40 penari dan 15 penabuh gending membawakan tarian tersebut dengan elok. Selain menari Pendet, mereka juga mengenakan busana khas Bali dan busana khas penari Pendet, kamen.
Dalam kesempatan tersebut, para mahasiswa juga mengumpulkan tanda tangan dukungan atas Tari Pendet milik Indonesia, milik masyarakat Bali, dari para pengguna jalan di depan Gedung Agung. Pengumpulan tanda tangan dilakukan di atas kain putih panjang yang dibentangkan. Menurut Ketua I KMHD UGM, I Gede Arya Pardita, aksi yang mereka lakukan bukan untuk menghujat Malaysia yang telah mengklaim Tari Pendet sebagai budaya mereka. Namun, aksi dilakukan untuk membangkitkan kecintaan masyarakat Indonesia, terutama generasi muda, terhadap kebudayaan negerinya, terutama Tari Pendet. “Aksi ini bukan ajang memanasi, tapi mengajak masyarakat luas memahami dan mengenal Tari Pendet sebagai budaya kita. Perempuan Bali bisa menari tari ini, seluruh dunia mengetahui tari ini punya Bali,” kata Pardita di sela-sela aksi.
Menurut Ndari, tanda tangan yang dikumpulkan pada kesempatan itu akan diserahkan kepada Dinas Kebudayaan Provinsi DIY. Hal tersebut sebagai bentuk dukungan terhadap pemerintah untuk segera mematenkan berbagai kesenian dan budaya daerah. ”Dengan aksi ini pun kita mendesak pemerintah untuk segera mematenkan seluruh kebudayaan dan kesenian daerah yang dimiliki sehingga tak akan ada klaim-klaim budaya oleh negara lain,” lanjutnya.
Dalam aksi hari itu dibacakan pula cerita latar belakang Tari Pendet. Cerita disampaikan dalam tiga bahasa, yakni bahasa Bali yang dibacakan oleh Putu Yasa, bahasa Indonesia dibacakan oleh I Gede Arya, dan bahasa Inggris dibacakan oleh Mika. Selama lebih dari dua jam berlangsung, aksi banyak menyedot perhatian para pengguna jalan di depan Gedung Agung sehingga membuat arus lalu lintas padat merayap. (Humas UGM/Gusti Grehenson)