Yogya, KU
Setelah Gerakan Rehabilitasi Lahan dan Hutan (Gerhan) sukses dilakukan sejak tahun 2003 lalau dicanangkan maka Wakil Presiden RI Jusuf Kalla menghimbau agar Peneliti UGM untuk mengembangkan riset pengelolaan dan pemanfaatan lahan gambut dengan jenis tanaman asli rawa sebagai skala prioritas nasional.
Permintaan ini disampaikan oleh Wapres Jusuf Kalla kepada Wakil Rektor Senior P3M UGM Prof Dr Retno S Sudibyo dan Dekan Fakultas Kehutanan UGM Prof Dr Ir Moh. Na’iem saat melakukan kunjungan singkat ke hutan wanagama, Gunung Kidul, Sabtu (15/12).
“Sebenarnya ada pesan beliau ke kita, coba tolong sekarang dikembangkan mengenai gambut. Karena hutan gambut ini menjadi skala prioritas setelah Gerhan berhasil,†kata Dekan Fakultas Prof Dr Ir Moh. Na’iem kepada wartawan usai menerima kunjungan Wapres Jususf Kalla dan Menteri Kehutanan MS Kaban.
Ibarat gayung bersambut, permintaan khusus wapres jusuf kalla, Naiem pun menyanggupinya dan akan segera melakukan koordinasi dengan beberapa rekan-rekan peneliti di UGM.
Dijelaskan Naiem, gambut sendiri memiliki potensi untuk dikembangkan selain untuk menyimpan karbon dan melepaskan emisi karbon. Tetapi lebih dari itu, akan dikembangkan tanaman yang bisa tumbuh di areal lahan gambut.
“Kami dari fakultas kehutanan UGM sudah punya kajian mengenai tanaman-tanaman asli rawa yang potensi yang dapat dikembangkan seperti jelutung, ramin, pulei, tanaman ini adalah spesies tanaman gambut asli yang belum digalakkan,†katanya.
Sedangkan untuk bentuk pola pengelolaannya, menurut Naiem, nantinya akan melibatkan masyarakat yang hidup di areal sekitar. “Polanya tetap akan melibatkan masyarakat, karena saat ini tidak bisa tidak, saatnya kita itu harus bisa bekerja dengan rakyat. Disamping ditanam tanaman rawa, akan juga ditanam tanaman terpilih sehingga potensi per hektarnya lebih meningat,†ujarnya.
Moh. Naiem juga sempat menjelaskan kepada Wapres bahwa fakultas Kehutanan UGM sedang bekerjasama dengan Departemen Kehutanan dalam program penanaman kayu local yang melibatkan masyarakat sekitar arela hutan di pulau Sumetra, kalimanatan dan Papua.
“Saya juga cerita bahwa fakultas Kehutanan juga membantu departemen kehutanan mengembangkan penanaman kayu lokal seperti kayu meranti di Sumatera, Kalimantan dan Papua,†katanya.
Dalam kunjungan singkatnya di wanagama, Jusuf Kalla banyak menerima berbagai penjelasan dari Moh Naiem tentang perjalanan Wanagama sejak awal berdirinya hingga dalam pengembangan menuju kea rah produktivitas.
“Kita menceritakan riwayat hutan wanagama yang dulunya sempat gundul, melihat perkembangannya di tahun 1983, kita membuat pola-pola uji-uji genetik untuk pengembangan, akhirnya kita bias ke arah tahapan produktivitas. Sudah kita lakukan seperti mengembangkan tanaman jati-jati unggul,†jelasnya.
Bagimana respon Jusuf kalla ?
“Pak Naiem, Sebenarnya Gerhan itu dulu khan saya rancang di sini juga, karena saat itu saya minta pak sukotjo (prof Soekotjo) untuk melakukan kajian ilmiah, lalu disini (wanagama) kita putuskan, saya berpikir saat itu yang penting jangan ngomog saja, tapi yang penting itu bagimana mewujudkannya,†Kata Naiem menirukan ucapan Jusuf Kalla.
Moh Naiem mengemukakan, munculnya ide Gerhan melalui ide prof soekotjo yang merupakan peneliti senior dari Fakutas Kehutanan UGM pada tahun 2003 dimana berangat dari kegelisahan beliau untuk menciptakan hutan Indonesia yang lebih hijau pada 100 tahun usia kemerdekaannya.
“Pandangan beliau tentang 100 tahun kemerdekaan Indonesia di tahun 2045, itu kondiis hutan seperti apa, jika dari sekarang mulai dibenahi maka kita mempunyai waktu selama 30 tahun untuk membuat Indonesia menjadi Negara juga bagus hutannya sama saat awal kemerdekaan,†katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)