Pengamat politik UGM, Dr. Abdul Gaffar Karim, mengingatkan agar masyarakat dapat menggunakan hak pilihnya dan menjadi pemilih cerdas dalam pemilu legislatif 9 April mendatang, yakni dengan mengetahui partai dan caleg yang akan dipilih berdasarkan pertimbangan yang matang, bukan berdasarkan hati nurani.
“Memilih dengan hati nurani sangat tidak tepat karena memilih tidak hanya berdasarkan feeling seperti membuat secangkir kopi, berapa takaran sendok gula dan kopinya,” kata Gaffar Karim. Pernyataan tersebut disampaikannya dalam diskusi publik “Menjadi Pemilih Cerdas menuju Pemilu Berkualitas” yang ditujukan bagi pemilih dari kalangan wanita dan pemula. Acara diselenggarakan oleh mahasiswa KKN PPM P4 UGM unit Kulon Progo di Balai Desa Kelurahan Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo, Kamis (26/3).
Menurut staf pengajar Fisipol UGM ini, untuk memilih caleg harus betul-betul berdasarkan atas visi, misi, dan program yang jelas. Para caleg itulah yang nantinya akan menjadi wakil masyarakat di legislatif dan menentukan masa depan masyarakat dalam lima tahun ke depan. “Caleg itu orang yang akan mewakili masyarakat. Jadi, tidak tepat jika ada caleg yang meminta mohon doa restu seolah-olah akan sowan ke calon mertua,” imbuhnya.Menjadi pemilih cerdas sangat penting dalam pemilu kali ini karena banyaknya caleg dan partai yang berkompetisi. Banyak partai politik yang memiliki ideologi dan program yang sama, yang disebut Gaffar sebagai partai “sekoci” dengan “kapal” yang sama sehingga mencari caleg secara asal-asalan. Ia mencontohkan ada caleg yang mencalonkan diri beramai-ramai di partai tertentu dan setelah itu mundur secara bersamaan juga karena mereka diterima menjadi PNS. “Hal ini membuktikan bahwa menjadi caleg sekedar mencari pekerjaan, bukan ingin menjadi wakil masyarakat. Sebagai wakil masyarakat harus mapan, kuat, dan teladan di masyarakat,” tandasnya.
Dalam pemilu kali ini, terdapat 11 ribu caleg dari semua partai. Dari sekian banyak caleg tersebut, hanya akan dipilih sekitar 9% saja. Oleh karena itu, akan ada banyak caleg yang tidak terpilih nantinya. Gaffar khawatir para caleg ini akan mengalami stres akibat kalah dalam pemilihan. “Akan ada 81% caleg yang tidak terpilih,” katanya.
Sementara Kesbanglinmas Provinsi DIY, Yulianto, menyoroti minimnya sosialisasi pemilu yang dilakukan KPU kepada masyarakat terpencil karena kendala dana yang masih terbatas. Karena itu, Yulianto memberikan apresiasi terhadap kegiatan mahasiswa KKN PPM UGM yang membantu melakukan sosialisasi pemilu dan simulasi bagi pemilih pemula dan wanita.
Dari hasil pantauannya selama dilakukan sosialisasi dan simulasi, pemilih manula dengan tingkat pendidikan rendah mengalami banyak kendala. Kendala yang ditemui terutama dalam melipat kertas suara sehingga memperlama proses pemilihan. “Untuk melipat kertas suara saja sangat sulit. Untuk satu orang dibutuhkan waktu 4-5 menit baru selesai,” tutur Yulianto. (Humas UGM/Gusti Grehenson