• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Resistensi Perempuan Dalam Cerita Anak Tradisional Jawa Tengah

Resistensi Perempuan Dalam Cerita Anak Tradisional Jawa Tengah

  • 18 April 2013, 08:10 WIB
  • Oleh: Ika
  • 4877
Resistensi Perempuan Dalam Cerita Anak Tradisional Jawa Tengah

Perempuan dalam realitas sosial sering menjadi subordinat, termasuk di dalam teks cerita. Subordinasi tersebut selalu muncul dalam berbagai teks cerita. Namun didalamnya selalu diceritakan adanya resistensi dan pemberontakan perempuan seperti yang terjadi dalam cerita anak tradisional Jawa Tengah.

“Pada cerita anak tradisional di Jawa Tengah banyak muncul resistensi perempuan,” kata Drs. Harjito, M.Hum., Rabu (17/4) saat melaksanakan ujian terbuka Program Doktor di Fakultas Ilmu Budaya UGM.

Harjito mengungkapkan kebanyakan cerita anak tradisional di Jawa Tengah terdapat resistensi perempuan yang dipengaruhi gender, kelas sosial, usia dan etnisitas. Namun demikian yang ada di cerita anak tradisional Jawa Tengah bukanlah pengiburumahtanggaan. Meskipun tatanan pikiran perempuan Jawa di dalam cerita anak tradisional adalah jodoh, anak, dan penguas, tetapi bukan perempuan yang melawan kapitalisme atau yang dimanfaatkan sebagai perangkat pembangunan atau modernisasi.

Mempertahankan disertasi berjudul “Resistensi dan Tatanan PikiranPerempuan Dalam Cerita Anak Tradisional Jawa Tengah”, Harjito menyampaikan dalam cerita anak tradisional Jawa Tengah, konstruksi dan tatanan pikiran yang ditanamkan kepada perempuan adalah bagaimana menjadi isteri yang patuh pada suami. Konstruksi tersebut sengaja diciptakan kelas sosial atas untuk menjaga dan meningkatkan kelas sosialnya. Langkah yang ditempuh dengan menggunakan prinsip memberikan hadiah bagi yang patuh, sedangkan bagi yang melawan diberikan hukuman, bahkan dibinasakan. Misalnya pada kisah Dewi Siti Kholifah yang dibinaskan karena melawan kelas sosial atas, begitu juga yang terjadi pada Roro Mendut. Lain halnya pada cerita Nyi Dipo, Mbah Kendil, Nyai Widuri yang diberikan hadiah berupa harta maupun kekuasaan karena dianggap telah membantu kelas sosial atas.

Dosen IKIP PGRI Semarang ini menambahkan resistensi perempuan dalam cerita anak tradisional juga tidak bisa terlepas dari peran laki-laki. Hal ini ditunjukkan melalui adanya pertolongan atau bantuan partisipan kepada perempuan di bagian akhir cerita. Sebagai contoh dalam cerita Timun Emas, ibu Timun Emas mendapat bantuan dari pertapa lelaki sehingga lepas dari kejaran raksasa. Sementara Timun Emas bisa membunuh raksasa jahat karena barang-barang pemberian pertapa tersebut. “Hal ini memperlihatkan bahwa cerita anak tradisional Jawa Tengah mempunyai ideology dominan patriarki yang berpihak, memenangkan, dan menomorsatukan lelaki,”jelasnya.

Harjito menambahkan cerita anak tardisional Jawa Tengah dengan arena keluarga dengan relasi cinta antara perempuan dengan laki-laki menurutnya terlalu berat untuk diberikan pada anak-anak. Karena dalam kebanyakan cerita romantisme menunjukkan tindakan kasih sayang dengan menikah di akhir cerita. Padahal menikah merupakan tindakan yang dilakukan perempuan dan lelaki dewas, bukan dilakukan oleh anak-anak. “Seharusnya anak diberikan cerita yang sesuai dengan usianya dan sesuai dengan pengalaman emosi anak-anak. Namun, arena politik dan ekonomi ddi dalamnya dapat menghadirkan simpati kepada perempuan karena perempuan selalu disisihkan dari arena ekonomi, terutama arena politik,” papar Harjito. (Humas UGM/Ika)

Berita Terkait

  • Raih Doktor Usai Teliti Resistensi Legislator Perempuan

    Saturday,07 November 2015 - 12:25
  • Cerita Perjuangan Lewat Sastra

    Friday,05 November 2021 - 16:18
  • Raih Doktor Usai Teliti Citra Perempuan Tanggguh

    Thursday,26 November 2015 - 9:08
  • Mengkaji Film Karya Sutradara Perempuan Pasca Orde Baru

    Monday,30 January 2017 - 12:05
  • Dr. Dewi Haryani: Desentralisasi, Pintu Masuk Partisipasi Politik Perempuan

    Friday,05 February 2010 - 10:31

Rilis Berita

  • UGM Terlibat Aktif Dalam Percepatan Penurunan Stunting di Jawa Tengah 03 February 2023
    Stunting masih menjadi persoalan kesehatan di Indonesia. Data Asian Development Bank mencatat ang
    Ika
  • Pimpinan UGM Tandatangani Komitmen Bersama Implementasi Manajemen Risiko 03 February 2023
    Penandatanganan Komitmen Bersama dilakukan oleh Majelis Wali Amanat, Rektor, Sena
    Gloria
  • Forgamas Dekatkan UGM Kepada Siswa Kelas XII di Banyumas 03 February 2023
    Forum Mahasiswa Gadjah Mada Banyumas (Formagamas) merupakan perkumpulan mahasiswa UGM se-Kabupate
    Agung
  • Fakultas Geografi UGM Dampingi Penyusunan Rencana Strategis Kabupaten Sukamara Kalteng 02 February 2023
    Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) menye
    Humas UGM
  • Pakar UGM: Lansia dan Warga Miskin DIY Perlu Mendapat Pemberdayaan dan Pendampingan Sosial 02 February 2023
    Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X, berencana memberikan ban
    Gusti

Agenda

  • 07Feb Dies Natalis Fakultas Hukum UGM...
  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual