Yogya, KU
UGM pernah mengadakan Gadjah Mada Fair (Gama Fair). Kegiatan ini biasa diselenggarakan untuk memperingati ulang tahun UGM. Digelar pertama kali pada tahun 1986 dan terakhir pada 1997, kegiatan di Gama Fair cukup beragam, mulai dari bazar, lomba, sampai dengan pertunjukan. Para pesertanya pun bervariasi, mulai dari perusahaan multinasional sampai dengan pedagang kaki lima. Setiap kali diadakan, masyarakat Jogja ‘tumplek-blek’ di sini.
Kali ini, UGM ingin menghidupkan kembali kegiatan serupa dengan menggelar festival budaya dan seni yang bertajuk Gama Fest. Event akbar yang sekaligus untuk memeriahkan perayaan Dies Natalis ke-60 UGM ini akan diadakan pada 8-16 Oktober 2009 di halaman dan gedung Grha Sabha Pramana.
Disampaikan oleh Ketua Panitia Gama Fest, Dr. Ir. Witjaksono, M.Sc., kegiatan ini sebagai wadah apresiasi mahasiswa UGM, mulai dari kesenian, budaya, sampai dengan peningkatan softskill yang telah dimiliki. Gama Fest ditujukan untuk warga kampus dan masyarakat umum. “UGM ingin menunjukkan bagaimana perbedaan itu dapat memberikan spirit sebagai kampus multikultur,” kata Witjaksono kepada wartawan, Rabu (7/10), di Dixie Resto, Gejayan.
Ditambahkannya bahwa berbagai bentuk kegiatan yang akan dilaksanakan, antara lain, Pameran Anggrek dan Tanaman Hias, Pementasan Kethoprak, Kampung Budaya UGM, Gelanggang Expo dan Pameran Hasil Pimnas. Selanjutnya, diadakan pula Festival Pendidikan dan Budaya Internasional, Pameran Batik, dan Festival Kuliner.
Koordinator acara pameran, lomba, dan pelatihan anggrek dan tanaman hias, Dra. Upiek Ngesti, mengatakan kegiatan pameran anggrek diselenggarakan untuk memenuhi animo masyarakat terhadap anggrek dan menggairahkan peranggrekan di Indonesia. “Kita ingin mengajak masyarakat mengembangkan tanaman anggrek dan mengenalkan keanekaragaman anggrek,” kata staf pengajar Fakultas Biologi UGM ini.
Sementara itu, panitia pameran batik, Ny. Gardjito, mengaku telah menggandeng 13 perusahaan batik yang akan memamerkan 60-70 helai batik dengan beragam motif. Di samping itu, diundang juga lima orang desainer batik asal Jogjakarta untuk fashion show batik. “Kita ingin mengangkat potensi perbatikan yang ada di seluruh Indonesia, mulai dari batik cap, batik tulis, dan sebagainya,” katanya.
Untuk acara pameran pendidikan dan budaya internasional, Wiwid Prasetyo mengatakan sekitar 44 negara berencana akan terlibat langsung. Sejumlah 33 orang mahasiswa dari berbagai negara dan 9 dari pihak kedubes, yakni Amerika, China, Korea, Vietnam, Suriname, India, Malaysia, Perancis, dan Timur Tengah, direncanakan turut serta memeriahkan pameran pendidikan, pentas kesenian, dan festival kuliner. (Humas UGM/Gusti Grehenson)