Fakultas Kehutanan UGM untuk pertama kalinya mengirimkan dua mahasiswa, Choiriatun Nur Annisa dan Metia Febrita Putri Lembasi, dalam Asian Youth Climate Workshop yang digelar di Bangkok, 1 s.d. 5 Oktober 2009. Workshop yang diselenggarakan oleh LSM penggiat perikliman ini diikuti lebih kurang 350 orang perwakilan muda dari beberapa negara. Workshop secara garis besar menyuarakan aspirasi kaum muda di bidang keikliman. Suara tersebut diharapkan didengar dan dapat menjadi bahan negosiasi saat Pertemuan Perubahan Iklim PBB.
Para peserta workshop mendapat berbagai fasilitas untuk bekerja sama dan berbagi pengetahuan tentang hal-hal yang dilakukan para pemuda Asia terkait dengan penyelamatan iklim di masa depan. “Kita berhasil mengirimkan dua delegasi dalam acara tersebut. Dengan terpilihnya dua mahasiswi ini menunjukkan UGM memiliki mahasiswa-mahasiswa berkualitas,” terang Dekan Fakultas Kehutanan, Prof. Dr. Mochammad Na’iem, di kampus UGM, Senin (12/10).
Diakui Annisa, bersama dengan 80 orang peserta lain yang berasal lebih dari sepuluh negara di Asia, dirinya mendapatkan pengetahuan tentang cara penyelenggaraan kegiatan dan aksi di bidang lingkungan, serta berbagai cara mendekati media guna mempublikasikan kegiatannya. Para peserta termotivasi untuk membuat aksi bersama pada tanggal 24 Oktober 2009 nanti, yang bertepatan dengan Hari Aksi Perubahan Iklim.
“Sebanyak lima belas peserta Indonesia yang berasal dari berbagai universitas dan organisasi berencana melakukan aksi damai bumi yang disebut dengan ‘Reduce Carbon Campaign’. Beberapa aksi yang akan dilakukan, antara lain, penanaman pohon dan rumput laut, sepeda bersama, pencetakan majalah daur ulang, dan aksi – aksi lainnya,” ujar Annisa menambahkan.
Annisa menilai berbagai agenda yang digelar sangatlah penting karena para pemuda mendapat pengetahuan tentang iklim dan aksi. Di samping itu, workshop ini juga menjadi gerbang awal membangun jaringan. “Para peserta juga dibawa ke dalam Pertemuan Intersession Perubahan Iklim PBB yang merupakan persiapan dari Pertemuan Perubahan Iklim 2009 di Denmark sehingga peserta dapat belajar tentang persiapan negosiasi dan jalannya negosiasi iklim yang tentunya tidak mudah karena melibatkan lebih dari seratus negara di dunia. Keputusan yang akan diambil para negosiator tentunya akan berdampak besar pada upaya penyelamatan bumi dan masa depan generasi yang akan datang,” jelasnya.
Sebagai penutup workshop, peserta mengikuti long march yang merupakan inisiasi seluruh LSM dan organisasi nonpemerintah lainnya serta persatuan petani. Long march dilakukan menuju gerbang gedung PBB di Bangkok, tempat Pertemuan Intersession Perubahan Iklim PBB berlangsung. “Aksi ini dilakukan sebagai peringatan kepada para negosiator seluruh dunia untuk menghasilkan keputusan yang baik dan bijak demi masa depan bersama,” kata Anissa menutup perbincangan. (Humas UGM)