Memasuki usia ke-79 tentu bukan waktu yang singkat dan pendek bagi bangsa Indonesia dalam menikmati kemerdekaanya. Di sebagian masyarakat mungkin sudah merasakan perbedaan kehidupan meskipun belum sepenuhnya dikatakan merdeka seutuhnya. Mereka yang belum merasakan kemerdekaan seutuhnya di setiap merayakan Hari Kemerdekaan RI adalah para petani. Padahal sebagai negara agraris, Indonesia mencatat sedikitnya ada 40,69 juta orang yang bekerja di sektor pertanian.
Menurut Bayu Dwi Apri Nugroho, STP., M.Agr., Ph.D selaku pengamat pertanian, agrometeorologi, ilmu lingkungan, dan perubahan iklim menyatakan sebanyak 40,69 juta mereka yang bekerja di sektor pertanian merupakan jumlah yang sangat besar dan bisa dikatakan mayoritas profesi menumpuk di sektor ini. Sayang permasalahan klasik masih menghampiri para petani dengan nasib dan kehidupan yang belum sepenuhnya terbebas dari cengkraman kemiskinan.
Petani khususnya yang gurem dan buruh, disebutnya sepertinya sangat kesulitan untuk membebaskan diri dari suasana hidup miskin yang melilit kehidupannya. Banyak dari mereka ini yang melakoni hidup hanya sekedar untuk menyambung nyawa kehidupan. “Di negara yang mayoritas pertanian, para petani semestinya mendapatkan perlakuan khusus dari negara, minimal ada pengakuan terhadap petani dan fasilitas yang menguntungkan bagi petani,” ujarnya di Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Sabtu (17/8).
Menurutnya semua pihak harus mengakui bila berkat jerih payah, kerja nyata dan kerja keras mereka, Indonesia mampu menorehkan sejarah dalam dunia pertanian di pentas internasional. Tercatat di tahun 1984 dan berlanjut pada tahun 2022.
Di tahun-tahun itu, seluruh masyarakat Indonesia selayaknya bangga karena kesuksesan Indonesia dalam menggenjot produksi padi. Dengan keberhasilan tersebut produksi padi mampu meningkat secara signifikan dan melahirkan Swasembada Beras serta mendapatkan penghargaan dari FAO. “Ini tentu tidak terlepas dari usaha dan kerja keras para petani di Indonesia”, terangnya.
Meski telah berkontribusi banyak tugas berat negara menanti di masa depan yaitu bagaimana menaikkan derajat petani sebagai pahlawan pangan serta mengangkat mereka dari garis kemiskinan. Meski telah banyak program dari pemerintah untuk mensejahterakan petani, tetapi kenyataan sampai saat ini belum mampu mensejahterakan petani dan mengentaskan mereka dari kemiskinan.
Berbagai program mula dari intensifikasi pertanian seperti penggunaan bibit unggul, perbaikan saluran irigasi, penggunaan pupuk sampai dengan program penyuluhan dan pendampingan yang intensif dan masif sampai kelompok-kelompok tani. Selain itu ada program ekstensifikasi seperti program cetak sawah, pengembangan lahan rawa, gambut dan lahan tidur (iddle land) untuk dijadikan lahan sawah produktif. “Harapan di ujung adalah peningkatan kesejahteraan petani, tetapi sayang dari semua program yang sudah dilaksanakan belum sepenuhnya berhasil secara signifikan untuk mengangkat kehidupan petani ke tingkat yang lebih baik meski kita tidak bisa memungkiri memang permasalahan pertanian sangat kompleks dan beragam dari tiap-tiap wilayah,” paparnya.
Dari semua masalah, kata Bayu, semestinya bisa diminimalisir dan diatasi jika ada program yang jelas dan riil dari pemerintah. Di tahun 2024 ini, suksesi kepemimpinan nasional akan dilaksanakan, dan dari proses ini diharapkan ada harapan baru bagi petani di Indonesia.
Bayu sangat berharap kepada pemerintahan baru berupa program-program realistis yang bisa mensejahterakan petani. Hal itu bisa dengan menyempurnakan dan memperbaiki kekurangan program yang sudah berjalan saat ini, ataukah muncul program-program lain diluar yang ada dan telah berjalan saat ini yang betul-betul bisa membawa petani sejahtera.
Meski diakui tidak dengan segera membuahkan sejahtera secara instan, tapi setidaknya berharap sudah mengarah kepada peningkatan kesejahteraan petani. Memang tidak mudah, tetapi bisa dimulai dengan menawarkan suatu program yang riil mensejahterakan petani. “Dalam hal ini tentu juga diperlukan adanya program sinergi dan kolaborasi dari segenap komponen bangsa untuk menanganinya. Predikat Indonesia sebagai lumbung pangan dunia tentunya akan dapat diraih kalau semua pihak bisa menjamin kesejahteraan petani. Kita semua berharap para pahlawan pangan ini dapat merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya di HUT ke-79 RI tahun ini,” tandasnya.
Penulis : Agung Nugroho
Foto: Kompas Regional