Yogya, KU
Fakultas Kedokteran (FK) UGM masuk dalam Top World University dan menempati urutan ke-103 dari sekitar 1.000 fakultas kedokteran di dunia. Ranking ini ditentukan berdasarkan survei yang dilakukan oleh Time Higher Education Survey (THES)-QS World University Rankings 2009 untuk kategori bidang ilmu Life Sciences and Biomedicine.
Dalam daftar yang yang dikeluarkan THE-QS pada 9 Oktober lalu, kategori ilmu biomedis menempatkan FK UGM di peringkat teratas. Kemudian, menyusul di bawahnya, Universitas Indonesia yang berada di posisi 126 dan Universitas Airlangga di peringkat 224.
Kepada wartawan, Dekan FK UGM, Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D., mengatakan peringkat FK UGM ini naik dari sebelumnya yang berada di posisi 108 pada tahun 2007 dan 106 di tahun 2008. “Peringkat ini semakin menambahkan kepercayaan dari dunia internasional atas eksistensi UGM dalam menuju World Class University,” kata Ghufron yang ditemui di sela-sela kunjungan tim penilai akreditasi ASEAN University Network (AUN) di kantor dekanat FK UGM, Rabu (14/10).
Kenaikan peringkat dunia yang diperoleh FK UGM dalam tiga tahun terakhir ini, diakui Ghufron karena adanya pengelolaan fakultas ke arah yang lebih baik. Hal itu terutama dilakukan dengan memperbesar pemberian insentif dan perbaikan SDM. Di samping itu, dilaksanakan juga perubahan proses pembelajaran dan penambahan keahlian lulusan dokter. “Pengelolaan bersifat akuntabel, partisipatif, melalui teknologi informasi kepada staf pengajar, tenaga kependidikan, dan mahasiswa,” ujarnya.
Selain memperoleh pengakuan dunia melalui THE-QS, sambung Ghufron, FK UGM juga menginginkan pengakuan akreditasi yang bersifat regional, yakni dari ASEAN University Network (AUN), yang tahun ini untuk pertama kalinya menilai mutu pendidikan di fakultasnya. “Kita berkeinginan dapat akreditasi dari AUN. Ada tim jaminan mutu yang bersifat regional ASEAN yang berkunjung ke sini. Ada sekitar tiga orang tim penilai dan beberapa orang observer,” jelasnya.
Penilaian dilakukan atas beberapa hal, yakni yang terkait dengan sistem pembelajaran, rasio dosen dan mahasiswa, jumlah mahasiswa asing, fasilitas gedung, dan cara pengambilan keputusan. “Mereka juga mewawancarai alumni, mengetahui seberapa jauh posisi yang dipegang lulusan kita. Untung, lulusan kita sekarang jadi Menkes,” kata Ghufron sambil tersenyum. (Humas UGM/Gusti Grehenson)