Struktur kepemilikan perusahaan-perusahaan non keuangan di Indonesia yang sangat terkonsentrasi menimbulkan konflik keagenan antara pemegang saham mayoritas dan minoritas. Pada awalnya, pemegang saham mayoritas berperan melakukan monitoring dalam perusahaan, sehingga berdampak pada peningkatan nilai perusahaan. Namun ketika kepemilikan tinggi, konflik keagenan antara pemegang saham mayoritas dan minoritas turut meningkat.
Menurut Faisal, S.E., M.Si., MA, pemegang saham mayoritas cenderung meningkatkan kemakmurannya sendiri dengan melakukan tindakan entrechment atau expropriation dan menikmati manfaat privat dari kontrol yang dimilikinya dan merugikan pemegang saham minoritas. “Adanya konflik keagenan antara pemegang saham mayoritas dan minoritas, ini akan ditangkap oleh pasar dan berdampak pada penurunan nilai perusahaan. Karena itu, diperlukan suatu mekanisme pengendalian untuk meminimumkan konflik keagenan antara pemegang saham mayoritas dalam perusahaan sehingga berdampak positif bagi nilai perusahaan,” ujarnya di Aditorium BRI FEB UGM, Senin (1/7) saat mempertahankan desertasi “Mekanisme Pengendalian Konflik Keagenan antara Pemegang Saham Mayoritas dan Minoritas: Studi Empiris di Bursa Efek Indonesia”.
Faisal, staf pengajar Jurusan manajeman Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala, Nanggroe Aceh Darussalam menempuh ujian terbuka Program Doktor Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM dengan didampingi promotor Prof. Dr. Eduardus Tandelilin, MBA dan ko-promotor Dr. Suad Husnan, MBA dan Dr. Mamduh, M. Hanafi, MBA. Dengan menggunakan model regresi piecewise dengan estimated generalized least square (EGLS), penelitian Faisal menemukan perilaku pemegang saham yang tidak konsisten dalam perusahaan. Penelitian inipun berhasil menemukan ekspropriasi pemegang saham mayoritas pada level konsentrasi kepemilikan diatas 70 persen untuk kelompok sampel pertama dan pada level konsentrasi kepemilikan 60 persen untuk kelompok sampel kedua.
Dalam penelitian, Faisal menggunakan 456 perusahaan tahun pada perusahaan non keuangan di Bursa Efek Indonesia selama periode 2001-2010 pada kelompok perusahaan keseluruhan, dan 263 perusahaan tahun pada kelompok perusahaan yang memiliki kesempatan investasi rendah dan aliran kas bebas tinggi. Model regresi piecewise yang digunakan untuk menemukan efek entrechment atau expropriation pada pengaruh konsentrasi kepemilikan terhadap nilai perusahaan. “Model regresi interaksi atau model regresi berjenjang digunakan untuk menguji mekanisme pengendalian konflik keagenan antara pemegang saham mayoritas, melalui konsentrasi kepemilikan pemegang saham blok, pemegang saham blok terbesar kedua yang independen, kebijakan hutang, kebijakan dividen, dan tipe kepemilikan pemegang saham mayoritas, yaitu asing versus domestik, market investor versus stable investors atau inside investor, dan tipe kepemilikan pemerintah,” papar laki-laki kelahiran Aceh Besar, 30 Agustus 1970 ini.
Diakhir desertasi, Faisal mengungkapkan dengan menggunakan model regresi interaksi atau model regresi berjenjang dengan metoda estimasi EGLS, riset ini menemukan bahwa kebijakan hutang, tipe kepemilikan asing, market investors dan pemerintah sebagai variabel pemoderasi, dan kepemilikan pemegang saham blok terbesar kedua yang independen sebagai variabel prediktor dapat dijadikan sebagai mekanisme pengendalian konflik keagenan antara pemegang saham mayoritas dan minoritas di Indonesia. “Temuan empiris ini mendukung teori keagenan, khususnya teori keagenan tipe 2, teori keagenan free cash flow, teori partial benefit of corporate control dan rent extraction hypothesis,” kata Faisal yang dinyatakan lulus Program Doktor FEB UGM. (Humas UGM/ Agung)