Meski memiliki fungsi strategis, alih fungsi lahan gambut masih terus berlangsung, baik untuk lahan pertanian maupun pemukiman serta peruntukkan lainnya. Berbagai macam bentuk alih fungsi menyebabkan terjadinya penurunan (gradasi) fungsi strategis lahan gambut, sehingga meningkatkan luas kawasan lahan kritis.
“Seperti fungsi hidrologis, yang berperan penting pada sistim biosfir, yaitu sebagai sumber karbon, pengendali sirkulasi CO2 dan berpengrauh besar pada kondisi keseimbangan karbon di atmosfir,†ujar Ir Akhmat Sajarwan MP, Selasa (18/12) di Sekolah Pascasarjana UGM.
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya menyampaikan itu saat menempuh ujian doktor bidang ilmu pertanian UGM. Promovendus mempertahankan desertasi “Kajian Karakteristik Gambut Tropika Yang Dipengaruhi Oleh Jarak Dari Sungai, Ketebalan Gambut Dan Tipe Hutan Di daerah Aliran Sungai Sebangau†dengan bertindak selaku promotor Prof Dr Ir KPH Tejoyuwono Notohadikusumo dan ko-promotor Prof Dr Bostang Radjagukguk MSc.
Terjadinya degradasi fungsi tersebut, kata Akhmat Sajarwan, salah satunya disebabkan kurangnya pemahaman terhadap karakteristik gambut dalam kondisi alami. Menurutnya, studi keaneka-ragaman karakteristik gambut dalam kondisi masih alami menjadi sangat diperlukan, seperti yang ada di kawasan sungai Sebangau, Kalimantan Tengah.
Hasil penelitian menunjukkan pengaruh jarak dari sungai terhadap karakteristik gambut tampak nyata di lapisan permukaan (jeluk 0-200 cm). Kandungan ion mineral seperti abu, K-total, Ca-total, Fe-total, Zn-total, N-total dan P-total cenderung menurun dengan bertambahnya jarak dari sungai.
Untuk lapisan pertengahan (200-400 cm) tidak terdapat hubungan berarti antara jarak sungai dengan sifat-sifat gambut. Hal ini disebabkan karena lapisan tersebut merupakan zone transisi, yang dapat dipengaruhi oleh lapisan atas dan lapisan bawahnya.
“Untuk lapisan bawah (>400 cm), karakteristik gambut tidak dipengaruhi jarak dari sungai, namun lebih dipengaruhi oleh keberadaan bahan mineral di bawahnya. Berat jenis, berat volum, nilai COLE dan kadar lengas voumentrik yang diberi isapan setara pF 2 dan pF 2,54 mengalami penurunan dengan bertambahnya jarak dari sungai, sebaliknya nilai porositas mengalami peningkatan seiring bertambahnya jarak dari sungai,†jelas pria kelahiran Sarerangan, Kecamatan Tewah Kabupaten Gunung Mas 15 Agustus 1966 ini.
Lebih lanjut, staf peneliti Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) UNPAR menyatakan untuk kepentingan konservasi, maka lahan gambut yang berpotensi untuk dikelola dan dikembangkan adalah yang berada di sekitar pinggir sungai (1-2 km), sedangkan untuk kawasan yang jauh disarankan dijadikan sebagai kawasan konservasi. “Karena keberadaan lapisan mineral di bawah lapisan gambut memiliki pernan penting dalam penampakan sifat-sifat gambut, maka perlu dilakukan identifikasi terhadap jenis karakteristik mineralnya. Sementara lahan gambut yang bias dijadikan lahan pertanian adalah yang berada diatas lapisan lempung,†tandas Kepala Kebun Percobaan Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas palangka Raya 1994-1996 ini.