Ketika memasuki usia pascamonopause, wanita menghadapi peningkatan risiko kesakitan dan kematian akibat aritmia ventrikuler. Penggunaan antiaritmia untuk terapi aritmia vantrikuler pascamonopause selama ini beresiko memperberat aritmia, sementara penggunaan terapi sulih hormon estrogen masih menjadi menjadi kontroversi.
“Jumlah penduduk pascamonopause di Indonesia akan semakin bertambah di tahun-tahun mendatang, oleh sebab itu perlu ada upaya untuk menghindari kelainan yang menyebabkan kesakitan dan kematian pada pascamonopause”, papar dr. Denny Agustiningsih, M.Kes., AIFM, di Ruang Senat FK UGM, Selasa (31/7).
Menurut Denny Agustiningsih untuk mengurangi risiko penggunaan antiaritmia dan terapi sulih hormon perlu dilakukan latihan fisik teratur. Karena dengan latihan fisik teratur dan terukur akan memberikan efek terhadap frekuensi denyut jantung, durasi potensial aksi, durasi repolarisasi, ekspresi saluran ion Ca dan K di otot ventrikel jantung. “Sebab dengan latihan fisik teratur dan terukur dapat meningkatkan sintesis estrogen ekstragonadal”, katanya.
Mempertahankan desertasi “Latihan Fisik Tertur dan Terukur Pada Tikus Sprague Dawley Pascaovariektomi Dalam Mencegah Risiko Aritmia Ventrikuler”, Denny dalam ujian terbuka Program Doktor FK UGM menjelaskan dengan latihan fisik dapat mencegah aritmia ventrikuler melalui efeknya terhadap saraf simpatis dan parasimpatis. Meski begitu, kata dia, hal ini masih perlu dibuktikan.
Hasil penelitian Denny agustin dengan menggunakan 68 ekor tikus betina galur Sprague Dawley di Laboratorium Bagian Ilmu Faal FK UGM, menunjukan bila latihan fisik teratur pada tikus pasca-ovariektomi mencegah risiko aritmia ventrikuler dengan menyebabkan pemanjangan interval QTc 7,8 persen melalui peningkatan ekspresi saluran ion Ca dan K. Sementara latihan fisik teratur dan terukur pada tikus pascaovariektomi merangsang sintesis estrogen di otot ventrikel jantung melalui peningkatan ekspresi COX2 dan CYP19aromatase. “Latihan fisik teratur dan terukur pada tikus pasca-ovariektomi memperlihatkan dapat meningkatkan ekspresi reseptor estrogen alfa di otot jantung”, ungkap perempuan kelahiran Colorado, USA, 22 Agustus 1969.
Meski begitu, kata Denny Agustin, masih perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui subtipe saluran ion K dan Ca di otot ventrikel jantung yang dipengaruhi oleh estrogen setelah latihan fisik serta dilakukan mapping aktivitas saluran ion di daerah jantung yang berbeda-beda. “Penelitian tersebut sangat diperlukan untuk memberikan pencegahan aritmia ventrikuler secara lebih tepat”, imbuhnya. (Humas UGM/ Agung)