• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Mahasiswa Teliti Wayang Setanan dan Wayang Kulit Betawi

Mahasiswa Teliti Wayang Setanan dan Wayang Kulit Betawi

  • 21 Agustus 2013, 13:07 WIB
  • Oleh: Gusti
  • 4966
Mahasiswa Teliti Wayang Setanan dan Wayang Kulit Betawi

YOGYAKARTA – Wayang dalam bentuknya yang sederhana merupakan karya asli anak bangsa. Wayang yang kini telah mengalami perkembangan bentuk dan cerita, dulunya hadir dari lingkungan tradisi masyarakat daerah berbeda. Namun demikian, perkembangan kreasi wayang tersebut dalam rangka untuk mengangkat kembali pamor wayang di era selera budaya massa dan budaya pop, masih ada anak muda yang menaruh minat melakukan penelitian sejarah perkembangan wayang.


Salah satunya, Zakariya Pamudji Aminullah.  Mahasiswa sastra nusantara, fakultas ilmu budaya UGM, meneliti tentang wayang setanan dalam tradisi wayang Yogyakarta. Dia menemukan ada sekitar 12 macam wayang setanan Yogyakarta. Keduabelas wayang tersebut adalah bajang kerek, banaspati, gendruwo, glundung pringis, janggitan, keblak, kemamang, sirah klenting, angkrek, warung doyong, wewe dan wedon.


Menurut Zakariyah, 12 wayang yang masih disimpan di studio RRI Yogyakarta ini milik Sri Sultan HB VII pada 1877-1921 yang dihibahkan keluarga Kraton Yogyakarta pada tahun 1955.  “Ada sekitar 800 koleksi wayang yang dihibahkan oleh Sri Sultan HB IX kepada RRI namun saat ini koleksinya tinggal 433 buah,” kata Zakariyah dalam kegiatan student colloquium Wayang for Humanity di PKKH UGM, Rabu (21/8).


Wayang setanan diakui zakariyah sebagai karya seni, tidak hanya dipandang sebagai hiburan semata tapi dianggap sebagai masterpiece bangsa yang memiliki nilai edukatif.  “Wayang setanan ini di masa lalu digunakan untuk menuntun remaja atau penontonnya selalu memahami dan menjalankan kehidupannya dengan hati-hati, teratur dan tidak melanggar norma,” katanya.


Seperti tokoh wayang warung doyong, kata zakariyah, digambarkan  sebagai hantu yang selalu merasuki orang-orang bermulut ‘kotor’ menyebarkan iri dan dengki terhadap sesama. Sementara wayang wedon, identik dengan hantu yang terbungkus kain kafan dan kedua kakinya saling bersentuhan. “Karakter wayang setanan ini menceritakan bahwa siklus kehidupannya manusia tidak dijalankan dengan baik,” katanya.


Penelitian Rias A Suharjo mengenai wayang kulit betawi mendapatkan kenyataan miris dan mengharukan. Seni tradisi ini terancam hilang. Meski masih ada seniman yang masih menjaga tradisinya.


Diketahui tradisi wayang tersebut muncul dari tradisi hikayat melayu. Meski menggunakan bahasa betawi, lagu dan musiknya khas betawi namun tatah sunggingnya cenderung kasar, dan cepeng wayang lebih bebas. “Sayangnya tradisi ini hampir tidak ada lagi. Seniman dalang betawi ini berpesan agar diperhatikan pemerintah,” kata mahasiswa Sastra Indonesia UI ini.


Dalam tradisi melayu, kata Rias, cerita wayang eksis dalam tradisi hikayat. Bahkan cerita wayang banyak menjadi inspirasi dalam penulisan teks hikayat. Terbukti dari penelurusannya di perpustakaan nasional RI, saat ini ditemukan 20-an naskah hikayat, seperti hikayat Sri Rama, Pandawa, Garebak jagat, dan hikayat pandu. “Umumnya menggunakan tulis tangan,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)

Berita Terkait

  • Sekolah Pascasarjana UGM Gelar Pentas Wayang Kulit “Wahyu Kaprawiran”

    Friday,26 March 2010 - 11:21
  • Raih Doktor Usai Teliti Wayang Kulit Purwa

    Sunday,22 January 2017 - 19:07
  • KODE TUTUR DALAM WAYANG KULIT

    Friday,16 September 2005 - 10:58
  • Pertunjukan dan Pembelajaran Wayang Anak-anak Perlu Digalakkan

    Sunday,29 August 2010 - 10:07
  • UGM Gelar Pameran Tokoh Wayang Idola para Presiden

    Friday,16 August 2013 - 15:24

Rilis Berita

  • Penulis UGM Raih Gelar Penulis Terproduktif Kedua Versi The Conversation 25 March 2023
    Penulis The Conversation Universitas Gadjah Mada berhasil mendapatkan predikat penulis
    Satria
  • Mengenali Dampak Penggunaan Obat Pada Kulit 24 March 2023
    Meningkatnya penggunaan obat-obatan, baik karena pengobatan sendiri (self-medication), polifarmas
    Ika
  • Tim Magister Kenotariatan FH UGM Juara 2 PNF 2023 24 March 2023
    Tim Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada memperoleh juara 2 pada Padjadja
    Agung
  • Fenomena Cuaca Ekstrem di Indonesia Cenderung Meningkat 24 March 2023
    Dosen Laboratorium Hidrologi dan Klimatologi Lingkungan, Fakultas Geografi UGM, Dr. Andung Bayu S
    Gusti
  • Karate UGM Juara Umum 3 SEMAR CUP XII 24 March 2023
    Unit kegiatan Mahasiswa (UKM) Karate INKAI UGM berhasil menyabet gelar Juara Umum 3 dalam Interna
    Ika

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual