Yogya, KU
Rektor UGM Prof Ir Sudjarwadi, M.Eng PhD menemui peserta aksi unjukrasa yang dilakukan puluhan mahasiswa yang tergabung dalam BEM KM UGM pada puncak acara Dies Natalis UGM ke 58, Rabu (19/12) di pintu masuk gedung GSP UGM.
Sudjarwadi secara spontan datang langsung menemui peserta aksi setelah selesai memberikan laporan tahunan Rektor UGM pada upacara puncak Dies Natalis UGM yang berlangsung di gedung GSP. Sebelumnya, peserta aksi yang dikoordinir oleh Presiden BEM KM UGM Agung Budiono mengajak rekan-rekannya untuk mengirim sms ke nomor handphone Sudjarwadi.
Tidak lama setelah dikirim sms oleh mahasiswa, Sudjarwadi menemui langsung mahasiswa yang melakukan aksi. Dalam orasinya, Sudjarwadi menghargai aksi yang dilakukan para mahasiswa sebagai pilihan dan cara lain memperingati Dies Natalis UGM
Menurut Sudjarwadi, bentuk aksi demonstrasi adalah sebuah pilihan dari mahasiswa untuk mengembangkan potensi dirinya dalam mempersiapkan diri menjadi pemimpin bangsa.
“Saya selaku Rektor UGM menghargai semua mahasiswa untuk memilih cara mereka sendiri dalam menyiapkan dirinya sebagai calon pemimpin masa depan,†ujarnya.
“Selain saudara yang seperti ini (demo) banyak juga mahasiswa yang ikut kegiatan lain seperti kegiatan drumband, mahasiswa yang meraih mandiologo award sepuluh besar dunia, ada juga yang menemukan gerabah keramik yang terbuat dari kotoran sapi diundang untuk presentasi ke China, semuanya dalam rangaka menyiapkan diri menjadi pemimpin nsional,†sambung Rektor.
Dalam aksi kali ini BEM KM UGM mengangkat tema Dies Mortalis UGM ‘Matinya Kampus Kerakyatan’. Menurut Koordinator aksi, Agung Budiono, di usianya ke 58 UGM dinilai semakin jauh dari cita-cita berdirinya. Hal ini terlihat dari pembatasan akses mahasiswa tidak mampu melalui sistem Ujian Masuk UGM.
“Sistem subsidi silang yang tidak jelas, transparansi serta akuntabilitas anggaran UGM yang simpang siur,†kata Agung di sela-sela aksi.
Aksi unjukrasa tersebut juga diwarnai dengan berbagai poster dan spanduk yang berisikan sindiran dan tuntutan kepada rektor UGM. Aksi ditutup dengan teatrikal pocong dan pelemparan korek kuping sebagai simbol dies mortalis UGM. (Humas UGM/Gusti Grehenson)