Yogya, KU
Sedikitnya 32 ribu desa di wilayah Indonesia masih blankspot karena belum memiliki menara telekomunikasi. Hal itu terjadi akibat belum meratanya pembangunan infrastruktur, terutama di sebagian daerah Indonesia bagian timur.
“Terdapat 32 ribu desa blankspot di Indonesia,” ujar Staf Khusus Menteri Komunikasi dan Informatika Depkominfo, Sukemi, dalam sosialisasi UU No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Acara yang merupakan hasil kerja sama Depkominfo RI dan LPPM UGM ini bertempat di Ruang Sidang Utama LPPM UGM, Rabu (21/10).
Dikatakan Sukemi, belum terhubungnya informasi di desa-desa blankspot karena belum terjangkau pembangunan menara telekomunikasi. Kendati menara belum dibangun, kebanyakan dari masyarakat di desa blankspot ternyata telah siap menerima teknologi informasi dan komunikasi. “Masyarakat kita sudah siap, tapi infrastruktur saja yang belum siap,” imbuhnya.
Ia menceritakan di desa dekat perbatasan Timor Leste dan Kupang, NTT, baru Agustus lalu dapat berkomunikasi dengan telepon seluler. Pada awalnya, operator seluler pesimis. Namun, dalam waktu satu minggu, penggunaan bandwidth telah melebihi kapasitas menara BTS. “Usut punya usut, ternyata selama ini mereka (masyarakat) sudah punya handphone. Sebelum ada sinyal, mereka gunakan untuk dengarkan musik (mp3),” ujar Sukemi.
Lebih lanjut, Sukemi mengatakan pemerintah berencana membuat program 10 Desa Punya Internet atau Desa Pintar dengan hadirnya pelayanan internet. Dimulai dengan komunikasi suara, dilanjutkan kemudian dengan komunikasi data.
Kepada wartawan, Direktur Kelembagaan Komunikasi Sosial Depkominfo, James Pardede, mengemukakan salah satu upaya Depkominfo untuk mengurangi jumlah desa blankspot adalah dengan melakukan program Universal Service Obligation (USO). Program berupa pembangunan telekomunikasi perdesaan yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan akses telekomunikasi di daerah-daerah, termasuk daerah terpencil. “Biaya program ini diambil dari hasil keuntungan operator seluler yang didorong untuk turut membangun pemancar di daerah,” tambahnya.
Selain membangun menara telekomunikasi, pihaknya akan terus mendorong pembangunan lembaga dan media penyiaran di daerah terpencil. “Terus mendorong radio dan media komunitas di daerah perbatasan,” pungkas Pardede. (Humas UGM/Gusti Grehenson)