• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Kebijakan Politik Luar Negeri RI Dinilai Belum Optimal

Kebijakan Politik Luar Negeri RI Dinilai Belum Optimal

  • 29 Agustus 2013, 15:38 WIB
  • Oleh: Gusti
  • 18463
Kebijakan Politik Luar Negeri RI Dinilai Belum Optimal

YOGYAKARTA – Pengamat politik luar negeri UGM, Dr. Siti Muti’lah Setiawati menegaskan pemerintah RI perlu menegaskan kembali posisi Indonesia dalam pelaksanaan prinsip kebijakan politik luar negeri bebas-aktif. Pasalnya, beberapa pengamat asing masih menilai kebijakan politik luar negeri Indonesia justru terbelah, antara mendukung China dan Amerika.  “Pengamat asing menyoroti bahwa politik luar negeri kita terbelah antara ke China dan Amerika,” kata Siti kepada wartawan Kamis (29/8).

Pengamat asing yang disebutkan Siti tersebut adalah Daniel Novotny yang menulis buku ‘Torn between America and China: elite Perception and Indonesian Foreign policy’. Kendati tidak sependapat dengan pandangan pengamat asing tersebut, Siti mengatakan kebijakan politik luar negeri Indonesia masih menganut prinsip bebas-aktif meski belum dijalankan secara optimal.  “Apa benar terbelah? buktinya Indonesia bisa menjalin hubungan dengan kedua Negara besar itu. Semua bisa jalan,” kata staf pengajar hubungan internasional Fisipol UGM ini.
 
Siti menilai, hampir semua Presiden Indonesia menjalankan prinsip kebijakan politik luar negeri bebas-aktif. Kendati dalam prakteknya, selalu melakukan penyimpangan. “Soekarno pernah membuat poros Jakarta-Beijing-Pyongyang, namun tetap menyokong gerakan Non Blok. Soeharto pernah mendirikan IGGI namun berusaha ingin jadi ketua Gerakan Non Blok,” katanya.

Meski kebijakan politik luar negeri bebas-aktif yang diperkenalkan pertama kali oleh Bung Hatta pada 2 September 1948 saat akan menghadapi agresi militer Belanda, imbuh Siti, namun prinsip kebijakan politik luar negeri Indonesia tersebut masih relevan untuk tetap dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia hingga saat sekarang ini. “Politik luar negeri bebas-aktif itu murni ide dari bangsa Indonesia. Cocok dengan perjuangan Indonesia kala itu agar tidak dikendalikan oleh negara lain dan kita bisa berdikari,” katanya.

Sementara pemerhati kesejarahan Prof. Dr. Sutaryo, menuturkan politik luar negeri bebas-aktif yang selama dijalankan memang belum berjalan maksimal. Oleh karena itu, kata Sutaryo, UGM berinisiatif mengadakan refleksi 65 tahun politik luar negeri Indonesia bebas aktif melalui kegiatan seminar dan pertemuan forum pengajar politik luar negeri, serta mendiskusikan posisi Indonesia dalam dinamika politik global. Rencananya, seminar ini akan digelar di Balai senat UGM, 2-3 september mendatang. (Humas UGM/Gusti Grehenson)

Berita Terkait

  • Politik Luar Negeri RI Bergantung Stabilitas Politik 2014

    Monday,02 September 2013 - 14:41
  • Perawatan Paliatif di Indonesia Belum Optimal

    Tuesday,04 March 2014 - 14:53
  • Manipulasi Data Penduduk Marak di Daerah

    Monday,30 December 2013 - 9:55
  • Mahasiswa UGM Penulis Jurnal Terbaik Indonesian Foreign Policy Review

    Tuesday,21 November 2017 - 13:30
  • Politik Bebas Aktif Indonesia Masih Relevan

    Friday,07 September 2018 - 11:46

Rilis Berita

  • Inisasi Konsorsium Riset Kopi, UGM Terima Kunjungan Tim Riset Kopi University of California 06 June 2023
    UGM menerima kunjungan tim riset kopi dari University of California-Davis, Selasa (6/6)
    Ika
  • Arie Sujito: Jadikan KKN Sebagai Panggilan Jiwa 06 June 2023
    Wakil Rektor Bidang  Kemahasiswaan, Pengabdian Masyarakat dan Alumni, Universitas GAdja
    Gusti
  • Guru Besar Baru UGM Ratna Susandarini Angkat Pentingnya Revitalisasi Taksonomi 06 June 2023
    Krisis biodiversitas akibat kerusakan habitat, alih fungsi lahan, dan eksploitasi
    Gloria
  • Hakikat HAM 06 June 2023
    Oleh Dr. Bagus Riyono, M.A., Psikolog. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
    Universitas Gadjah Mada
  • LPPT UGM Raih Penghargaan dari Kemenkes RI 06 June 2023
    Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) UGM mendapat penghargaan dari Menteri Keseha
    Gusti

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
  • 06Sep The 5th International Conference on Bioinformatics, Biotechnology, and Biomedical Engineering (BioMIC) 2023...
  • 02Oct Conference of Critical Island Studies...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual