Di dunia industri petroleum, peranan zeolit sebagai katalis sangatlah penting. Hampir semua proses upgrading, juga refinery, menggunakan zeolit sintesis sebagai katalis. Bisa dibayangkan, tanpa katalis suatu reaksi dapat berlangsung 1.000.000 kali lebih lambat dalam menghasilkan produk dibandingkan dengan menggunakan katalis. PT Pertamina dengan Blok Balongan saja membutuhkan katalis sebanyak 5.000 ton per tahun.
Demikian disampaikan Prof. Dra. Wega Trisunaryati, M.S., M.Eng., Ph.D., saat dikukuhkan sebagai Guru Besar Ilmu Kimia Fakultas MIPA UGM, Rabu (28/10). Dengan mengucap pidato “Zeolit Alam Indonesia: Sebagai Absorben dan Katalis dalam Mengatasi Masalah Lingkungan dan Krisis Energi”, Prof. Wega menyampaikan kebutuhan kalatalis selama ini disuplai dengan cara impor dari luar negeri, seperti China dan Jepang, dengan biaya 500 juta dolar USA per tahun. “Indonesia memiliki salah satu pabrik katalis besar di kawasan industri Kujang Cikampek, dengan kapasitas produksi 1.100 ton/tahun. Sayang, pabrik tersebut kini sudah tidak beroperasi lagi,” kata perempuan kelahiran Yogyakarta, 28 Oktober 1963 ini.
Dituturkan oleh istri Ir. T. Yoyok Wahyu Subroto, M.Eng., Ph.D. ini, para peneliti dari berbagai lembaga riset dan perguruan tinggi Indonesia sesungguhnya telah menghasilkan inovasi katalis yang bernilai ekonomi. Penemuan itu, antara lain, berupa pengembangan jenis katalis untuk hidrogenasi minyak sawit bagi industri oleokimia, pengembangan teknologi katalis untuk mengolah aspalten menjadi bahan bakar. Beberapa paten di bidang teknologi katalis telah pula dihasilkan dan sedang menunggu tahap komersialisasi.
Sementara itu, di bidang pelestarian lingkungan, zeolit telah banyak diteliti guna dimanfaatkan sebagai absorben logam-logam berat (Hg, V, Pb), zat warna (limbah textil), dan limbah beracun buangan dari berbagai macam industri. “Kenyataan ini sangat menggugah nurani saya untuk meneliti zeolit alam secara lebih mendalam dan memodifikasinya sehingga kualitas zeolit alam Indonesia dapat ditingkatkan, yang dapat dipergunakan sebagai material absorben yang mampu mengatasi pencemaran lingkungan dan material katalis dan mendukung katalis untuk proses-proses industri penghasil bahan bakar,” kata ibu dua anak ini di Balai Senat UGM. (Humas UGM)