YOGYAKARTA – Universitas Gadjah Mada terus berkomitmen untuk terus mengembangkan pengetahuan dan teknologi untuk mendorong kemandiran dan kedaulatan bangsa. Oleh karena itu, konsep pendidikan UGM saat ini lebih diarahkan untuk menumbuhkan karakter kepemimpinan, kewirausahaan dan rasa kebangsaan yang tinggi. “Kita berharap UGM tidak hanya melahirkan teknolog, tapi juga mendorong entrepreneur. Jangan sampai mereka jadi tukang dari usaha milik orang lain,” kata Rektor UGM, Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc., kepada wartawan dalam rangka siaran pers agenda kegiatan Dies UGM Ke-64, Kamis (3/10).
Pratikno mensinyalir, banyak lulusan terbaik di UGM diterima bekerja di perusahaan asing di dalam dan luar negeri. Ia pun berharap sebaliknya, lulusan terbaik dari kampus UGM nantinya bisa membesarkan perusahaan dalam negeri atau membuka perusahaan sendiri dalam rangka meningkatkan kemandirian bangsa lewat penguasaan Iptek. “Jangan sampai menjadi orang pintar namun diambil negara lain,” katanya.
Pratikno mencontohkan, banyak ahli perminyakan dari Indonesia saat ini bekerja di perusahaan minyak yang tersebar di Timur Tengah, Afrika dan Amerika Latin. Menurutnya orang-orang pintar dari dalam negeri tersebut seharusnya diberikan kesempatan untuk mengembangkan iptek di negerinya sendiri.
Mengatasi kondisi tersebut, kata Pratikno, UGM sendiri saat ini tengah kembangkan kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler untuk menumbuhkan karakter kepemimpinan, jiwa kewirausahaan dan semangat kebangsaan pada diri mahasiswa. “Kita berupaya menempatkan ekstrakurikuler dalam struktur lebih penting, sebagai kegiatan strategis dalam pengembangan mahasiswa,” katanya.
Kegiatan ekstrakurikuler tersebut menurut Rektor juga membuahkan hasil dimana para mahasiswa sebagian berhasil memenangkan berbagai kompetisi di tingkat nasional dan internasional. “Baru-baru ini, mahasiswa UGM memenangkan kompetisi kendaraan dengan bahan bakar alternatif di Australia,” katanya.
Guru Besar Fakultas Teknik sekaligus Ketua Panitia Dies UGM Ke-64, Prof. Sunyoto, mengatakan bangsa luar saat ini tengah memanfaatkan iptek untuk kemajuan bangsanya. Kendati kekurangan SDM yang cerdas, bangsa-bangaa tersebut tidak segan-segan mengambil SDM dari bangsa lain, termasuk dari Indonesia. “Hampir semua lulusan tebaik kita diambil asing. Tapi banyak dosen yang bangga jika mahasiswa bekerja di tempat asing,” imbuhnya.
Sunyoto menyampaikan kritikannya kepada pemerintah yang saat ini kurang memperhatikan pengembangan Iptek nasional. Menurutnya, bangsa yang tidak menguasai iptek maka akan semakin tertinggal dan makin bergantung pada bangsa lain. (Humas UGM/Gusti Grehenson)