![](https://ugm.ac.id/wp-content/uploads/2013/10/11101313814625641680280441-765x510.jpg)
YOGYAKARTA – Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM menerjunkan 300 mahasiswa dan 62 dosen untuk memeriksa sekitar 20-an ribu hewan kurban di DIY. Rencananya mereka akan melakukan pemeriksaan kesehatan hewan kurban sebelum dipotong (antemortem) dan pemeriksaan setelah dipotong (postmortem) pada 15-18 Oktober.
“Tim yang diberangkatkan merupakan gabungan mahasiswa tingkat profesi, dokter hewan FKH UGM dan dokter hewan dinas pertanian DIY,” kata Dekan FKH UGM, Dr. drh. Joko Pratoswo, M.Si., dalam pelepasan tim pemeriksa hewan di selasar Gedung FKH UGM, Jumat (11/10).
Pemeriksaan hewan kurban dilakukan di tempat pemotongan hewan seperti masjid, mushola, kantor dan lapangan dalam dalam kurun waktu bersamaan di seluruh kabupatan dan kota di DIY. Selain melakukan pemeriksaan kesehatan, tim FKH UGM ini juga melakukan pengawasan pada saat proses pemotongan dan pengawasan peredaran produk daging hewan kurban. Pengawasan dilakukan untuk melindungi kesehatan masyarakat dengan tersedianya hewan kurban yang sehat dam layak. “Sudah jadi kebutuhan dan kewajiban kita agar masyarakat nantinya untuk mendapatkan daging yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal-red),” katanya.
Di DIY sendiri, kata Joko, diperkirakan sekitar 20-an ribu hewan kurban yang tersebar di beberapa lokasi. Sementara jumlah tenaga pemeriksa kesehatan hewan yang diterjunkan memang belum bisa memeriksa hewan kurban di semua lokasi. Namun demikian, pengawasan dan pemeriksaan kurban ini diharapkan bisa mencegah zoonosis, penularan penyakit hewan ke manusia. “Jumlah pemeriksa hewan ini memang belum mencukupi kebutuhan, apalagi untuk lokasi yang ada di desa-desa. Tapi pemeriksaan ini bisa mencegah penyebaran dan penularan penyakit. Sehingga perlu penanganan yang baik,” ujarnya.
Dihadapan mahasiswa profesi, Joko Prastowo berpesan agar mereka mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dengan menjaga kode etik profesi dokter hewan. “Pemeriksaan kesehatan hewan dilakukan dua kali di tiap lokasi, sebelum dan setelah pemotongan,” katanya.
Tri widiyatmoko, SKH, salah satu mahasiswa profesi FKH UGM mengaku sudah dua kali dilibatkan dalam tim pemeriksa kesehatan hewan kurban. “Yang biasa kita lakukan, hewan yang akan dipotong akan dilakukan pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus,” katanya.
Dari pengalaman pemeriksaan hewan kurban tahun sebelumnya, Ikania Agussetyaningsih, SKH, mengatakan mereka banyak menemukan infeksi penyakit cacing hati atau Fascioliasis. Apabila organ hati yang terinfeksi cacing tersebut maka ia meminta panitia kurban untuk segera dipisahkan dan tidak dibagikan ke masyarakat. “Kita minta dibuang,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)