Dr. Daud Aris Tanudirjo, Arkeolog UGM menyebutkan pengelolaan museum di Indonesia masih tertinggal jauh di bandingkan dengan di luar negeri. Salah satunya dikarenakan kurangnya sumber daya manusia yang kompeten untuk mengelola museum.
“Hampir sebagian besar yang bekerja di museum adalah orang yang tidak tepat, tidak memiliki kompetensi di bidang permuseuman,” jelasnya, Senin (21/10) dalam workshop Managing Indoor Climate Risks International Workshop di Museum Benteng Vredeburg.
Persolan tersebut dikatakan Daud terjadi karena minimnya pemahaman tentang museum yang sebenarnya. Banyak pegawai museum yang tidak memiliki perhatian terhadap pentingnya kelestarian warisan budaya bangsa.
“Tidak memiliki passion terhadap tugas mereka dan hanya bekerja . Kondisi tersebut menjadikan museum tidak efektif bagi publik,” terangnya.
Ia mencontohkan kurator di Indonesia belum banyak yang benar-benar menjalankan fungsinya. Kebanyakan mereka hanya bertugas memlihara koleksi museum. Padahal tugas utama kurator adalah melakukan penelitian terhadap koleksi museum.
“Itu terjadi karena mereka tidak memiliki pengetahuan tentang museum. Misalnya saja untuk membuat katalog museum memakai jasa dari luar untuk membuatnya. Padahal itu tugas kurator untuk meneliti dan mengumpulkan data untuk kemudian dipublish,” paparnya.
Daud menyebutkan kedepan perlu dilakukan penguatan kapasitas sumber daya manusia agar museum tidak hanya sekedar menjadi tempat untuk memajang koleksi saja. Langkah tersebut bisa dilakukan dengan mengirimkan pegawai museum untuk mengambil pendidikan maupun pelatihan tentang permuseuman.
“Sebenarnya sudah ada pelatihan-pelatihan bagi pegawai museum, tetapi tidak diikuti evaluasi sehingga tidak diketahui dampaknya terhadap peningkatan kompetensi,”ujarnya.
Ditambahkan Daud minimnya pengetahuan tentang museum juga disebabkan karena tidak banyak perguruan tinggi yang membuka program museologi. Di Indonesia program museologi baru ditawarkan di tiga perguruan tinggi yaitu UGM, Universitas Padjajaran, dan Universitas Indonesia.
“Kurangnya pemahaman akan arti pentingnya museum juga terjadi dikalangan akademisi. Ini terlihat dari tidak banyak universitas yang membuka minat museologi,” jelasnya. (Humas UGM/Ika)