Perubahan global telah memberi pengaruh terhadap kedaulatan bangsa. Akibat pengaruh globalisasi tersebut menjadikan Indonesia tergantung banyak hal. “Bisa kita rasakan beberapa imbas dari itu, mulai sepatu yang kita pakai, jam tangan dan lain-lain. Semua menjadi bagian dari politik global”, ungkap Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Prof. dr. Iwan Dwiprahasto, M.Med.Sc., Ph.D di halaman Balairung, Senin (28/10) saat memimpin upacara Peringatan Hari Sumpah Pemuda tahun 2013.
Dikatakannya, UGM merasa bersyukur telah berhasil menggelar Konggres Pemuda Nusantara II belum lama ini. Konggres tersebut telah menghasilkan beberapa kesimpulan yang menggugah kembali semangat para pemuda untuk mengatasi berbagai permasalahan bangsa.
Beberapa kesimpulan tersebut diantaranya mengajarkan kembali Pancasila di tingkat SD dengan tidak terlalu teoritis dan di tingkat SMP dan SMA dengan metode mengajar agar siswa aktif dalam membudayakan nilai-nilai Pancasila. Sedangkan di bidang ekonomi berusaha menghidupkan koperasi dan UMKM yang memiliki jiwa kerakyatan.
“Delapan puluh lima tahun lalu, para pemuda telah melakukan peran kepemimpinan tahun 1928 hingga puncak kemerdekaan di tahun 1945. Sekarang pemuda diharapkan mampu mendeteksi dan menyiapkan apa-apa yang akan terjadi dimasa mendatang terkait permasalahan kedaulatan di bidang ekonomi, pangan, ekologi, informasi dan berbagai aspek agar bangsa ini tidak lagi bergantung pada bangsa lain”, paparnya.
Upacara peringatan Sumpah Pemuda tahun 2013 menjadi kilas balik sejarah, setelah di tahun 1928 para pemuda mengikrarkan bertumpah darah, berbangsa dan berbahasa Indonesia. Upacara diikuti pimpinan universitas dan fakultas, staf kependidikan, mahasiswa UGM dan mahasaiswa-mahasiswa Perguruan Tinggi lain sekitar UGM serta pelajar SMA. Upacara dimeriahkan dengan penampilan UKM Paduan Suara UGM yang mempersembahkan lagu-lagu nasional, pembacaan ikrar Sumpah pemuda oleh Amelia Fitri Kurnia Dewi dan pembacaan hasil-hasil rekomendasi Konggres Pemuda Nusantara ke-2 oleh Niputu Dara Retno Widiana, mahasiswi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. (Humas UGM/ Agung)