![](https://ugm.ac.id/wp-content/uploads/2013/11/01111313832842811192140715-680x510.jpg)
Sektor perkebunan kelapa sawit saat ini mempunyai arti yang sangat penting, karena Indonesia merupakan produsen dan eksportir kelapa sawit terbesar ke dua di dunia setelah Malaysia. Jumlah industri yang bergerak di sektor perkebunan sawit di Provinsi Kalimantan Barat sebanyak 352 perusahaan.
Pekerja pemanen kelapa sawit dalam bekerja membutuhkan aktivitas fisik yang berat seperti mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik, memindah beban dengan tangan yang dikenal dengan manual material handling.
“Kegiatan semacam ini mengakibatkan para pekerja mengalami gangguan muskuloskeletal atau penyakit akibat beban kerja. Penyakit ini antara lain diakibatkan oleh cara kerja dan peralatan kerja,”papar Sunarsieh, M.Kes, pada ujian promosi doktor Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran UGM, Sabtu (2/11) di Gdg. Pascasarjana FK UGM.
Pada ujian tersebut Sunarsieh mempertahankan disertasinya yang berjudul Menurunkan Skor Gangguan Muskuloskeletal dan Peningkatan Produktivitas Kerja Dengan Perbaikan Alat Engrek dan Posisi Kerja Pada Pekerja Pemanen Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Barat.
Sunarsieh menjelaskan dari hasil observasi kegiatan memanen kelapa sawit dengan alat engrek berakibat memberikan tekanan/tenaga pada otot yang berlebihan, aktivitas kegiatan berulang, postur kerja tidak benar atau posisi kerja yang tidak alami/ergonomis, dan lamanya paparan yang diterima oleh otot sehingga berakibat peregangan otot yang berlebihan.
“Keempat hal tersebut merupakan penyebab terjadinya gangguan muskuloskeletal,”kata dosen di Politeknik Kementerian Kesehatan Pontianak itu.
Ia menambahkan umumnya gangguan muskuloskeletal berhubungan dengan pekerjaan, melibatkan tulang belakang, tulang cervival, dan ekstremitas atas. Gangguan muskuloskeletal dan gangguan kesehatan lain terhadap pekerja dapat dikurangi dengan mengaplikasikan prinsip ergonomi di tempat kerja.
Cara mencegah dan mengendalikan gangguan muskuloskeletal adalah desain alat kerja dan tata kerja yang baik. Alat kerja yang diperbaiki pisau engrek dan batangannya meliputi: bahan, bentuk, ukuran, berat dan perlengkapan alat. Perbaikan alat kerja dilengkapi dengan pedoman penggunaan alat dan posisi kerja, diharapkan tata kerja permanen agar lebih ergonomis sehingga gerakan dan kekuatan waktu memanen kelapa sawit lebih optimal.
“Skor gangguan muskuloskeletal pemanen yang menggunakan alat engrek baru dan posisi kerja baru lebih kecil dibandingkan menggunakan alat engrek lama dan posisi kerja lama,”urai Sunarsieh (Humas UGM/Satria)