Tiga alumni sukses Danang Girindrawardana, Budi Utomo dan Tahir Musa Luthfi Yazid memaparkan kunci keberhasilan kepada calon wisudawan/ wisudawati UGM. Ketiganya memberikan bekal kepada calon lulusan UGM untuk meraih sukses di universitas kehidupan.
Bagi Luthfi Yazid yang sukses di dunia lawyer dan terakhir sebagai Managing Partner of Luthfi Yazid & Partners Law Firm, setiap calon wisudawan/ wisudawati UGM mestinya harus siap dengan segala kemungkinan. Sebab berkarya di universitas kehidupan setelah lulus dari perguruan tinggi bukan persoalan mudah.
“Bukan saja anda harus bersaing dengan temen sendiri maupun lulusan PT dalam negeri, tapi saat ini anda juga harus bersaing dengan lulusan perguruan tinggi asing”, ujarnya di Auditorium Fakultas Pertanian UGM, Kamis (14/11).
Luthfi meyakini keberhasilan di universitas kehidupan ditentukan oleh 20 persen kepandaian dan 80 persen kerja keras. Karena itu bagi calon lulusan yang telah menjalani kuliah sambil bekerja diharapkan untuk terus melanjutkan, sementara yang baru memiliki rencana harus direalisasikan.
Founder and Partner at Yusril Ihza Mahendra & Partners 2001-2003 mengingatkan semangat, ketekunan, kesungguhan dan kerja keras menjadi kunci keberhasilan yang harus dipupuk. “Idealnya sebelum wisuda tanggal 19 November nanti, minimal anda sudah memiliki rencana dan sudah ada dalam diri”, paparnya.
Ukuran sukses, lanjut Luthfi, bukan untuk diri sendiri namun bisa berbagi. Berbagi dengan cara mendorong orang lain untuk ikut berhasil. “Sukses itu ukurannya bukan rumah dan mobil mewah, namun menjadikan orang lain turut berhasil”, lanjutnya.
Budi Utomo pimpinan Yayasan Ani-ani Jewellery dan Pengelola Desa Wisata Brayut, Pendowoharjo, Sleman mengatakan perencanaan dan riset-riset pasar penting dilakukan bagi calon pebisnis muda. Karena pasar pun terkadang tidak tahu apa yang ia butuhkan. “Inilah yang membutuhkan kejelian kita dan ditolak diawal-awal itu sudah biasa”, katanya.
Baginya keberhasilan bisa dilihat ketika sebuah profesi bisa menghidupi diri sendiri sekaligus bisa menghidupi orang lain. Sementara pengalaman panjang, kata dia, bisa menghantar seseorang pada pemahaman apa yang sebenarnya ia inginkan selama ini.
Budi bercerita dirinya pernah bekerja di Bali pada perusahaan handycraft milik pengusaha Belanda. Dari situ, ia mulai mengenal dunia kerajinan dan UMKM. Sesungguhnya dari perusahaan tersebut dirinya bisa menggantungkan hidup, namun karena merasa bosan dengan aturan-aturan, sistem, jadwal ketat dan lain-lain, ia memutuskan mandiri.
“Karenanya proses kreatif dimulai, dunia pernak pernik cukup menantang dan saya teringat sejak kecil terbiasa bikin pensil sendiri, menghias kamar dan lain-lain dan sejak tahun 2006 saya kembali ke Jogja,” tambahnya.
Sementara itu, Danang Girindrawardana Ketua Ombudsman RI lulusan Ilmu Komunikasi Fisipol UGM mengingatkan IPK tinggi tidak menjamin seseorang meraih keberhasilan. IPK tinggi hanya menjadi salah satu kunci pintu masuk kesuksesan. “Apapun pilihan anda, jika tanpa memaximumkan diri tentu tidak akan berhasil. Karena keberhasilan lebih ditentukan tindakan sesorang dengan sepenuh hati dan sepenuh aksi”, katanya. (Humas UGM/ Agung).