![](https://ugm.ac.id/wp-content/uploads/2013/11/1811131384747894163606642-680x510.jpg)
Sebagian orang mengatakan bahwa museum sering kenal sebagai tempat yang “jadul”, kurang menarik, dan terkesan kuno. Namun dengan sentuhan teknologi dan penggunaan media dalam menyampaikan informasi benda-benda bersejarah dan bernilai tinggi, kesan terhadap museum yang kuno dan konvensional semakin lama semakin ditinggalkan. Karena museum memiliki konsep yang berbeda dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat. Antusiasme generasi muda untuk tahu lebih jauh tentang museum dan koleksi yang ada di dalamnya juga semakin tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari animo para pengunjung di stand Museum UGM pada Research Week, 13-17 November 2013 di Grha Sabha Pramana.
“ Lebih dari 500 pengunjung hadir di stand Museum UGM pada Research Week kemarin,”kata salah satu anggota sekretariat Museum UGM, Aditya Rizki Yudiantika, Senin (18/11).
Museum UGM yang dapat mengkoordinasikan museum-museum yang ada di Universitas Gadjah Mada yaitu Museum Biologi, (Fakultas Biologi), Museum Kayu Wanagama (Fakultas Kehutanan), Museum Paleoantropologi (Fakultas Kedokteran), Museum Gumuk Pasir (Fakultas Geografi), dan Museum Peta (Fakultas Geografi). Stand Museum UGM menampilkan koleksinya dengan sentuhan teknologi yang bertujuan untuk mengajak masyarakat dan generasi muda lebih tertarik dengan museum dengan program Augmented reality (AR).
“Augmented Reality adalah teknologi yang dapat menggabungkan objek maya/digital ke dalam sebuah lingkungan nyata, kemudian memproyekkan objek-objek tersebut secara real-time,”katanya.
Cara kerja program ini adalah dengan menjalankan aplikasi yang telah terinstal pada smartphone,gadget, ipod, atau personal PC yang dilengkapi camera (webcam) lalu diarahkan kamera pada objek AR sehingga akan nampak objek/informasi tertambah pada layar smartphone,gadget,ipod, atau personal PC.
Tim pengembang Augmented Reality (AR) untuk museum yang dibimbing oleh Bimo Sunarfri Hantono,S.T,M.Eng, ini dapat digunakan sebagai media untuk menyisipkan informasi tambahan tentang koleksi di museum, sekaligus memberikan interaksi pengguna dengan dunia nyata secara menarik. Teknologi Augmented reality dalam museum (e-museum) memanfaatkan teknologi yang ada beserta perangkatnya pada museum, untuk menyediakan informasi dalam bentuk digital dan multimedia yang saat ini telah dikembangkan oleh Tim Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik UGM (Humas UGM/Satria AN)