Yogya, KU
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, mengkritisi pendidikan di Jawa yang belum mengajarkan pendidikan kemaritiman dan kelautan sebagai pendidikan yang dianggap betul-betul sesuai dengan karakter masyarakat Indonesia. “Di Jawa tidak ada pendidikan kemaritiman dan kelautan. Saya tidak tahu orang Ambon masih ngerti maritim nggak atau masyarakat Bugis masih bisa buat kapal ndak,” kata Sultan dalam pidato kunci peluncuran dan bedah buku ‘Menuju Jati Diri Pendidikan yang Mengindonesia’. Acara yang diprakarsai oleh Komite Rekonstruksi Pendidikan (KRP) DIY ini digelar di Gedung Bank BPD DIY, Senin (9/11).
Menurut Sri Sultan, pendidikan di Jawa yang selama ini menjadi basis pendidikan nasional, lebih mengajarkan pendidikan agraris atau continental. Dengan demikian, masyarakat maritim dari luar Jawa yang menempuh pendidikan di Jawa lebih banyak diajarkan pendidikan yang tidak sesuai dengan kondisi di derahnya. “Orang luar Jawa, khususnya orang timur yang pendidikan di Jawa, mengikuti pelajaran menanam padi dan menanam jagung, perikanan, peternakan yang lebih ke daratan. Saat kembali ke daerahnya, kepandaiannya itu diterapkan juga saat ia bekerja,” kata Sri Sultan.
Menurut Sri Sultan, konsep pendidikan seharusnya juga diarahkan ke arah pendidikan multikultur dan pluralis melalui semangat kepemimpinan (leadership) dan kewirausahaan (entrepreneurship). Ia berharap melalui pendidikan yang mengedepankan kepemimpinan dan kewirausahaan, suatu saat bangsa Indonesia bisa membuat produk sendiri untuk global. “Selama ini kita tidak pernah menghargai proses, maunya ada hasil. Padahal, proses sangat penting untuk meraih masa depan. Bagaimana kita bisa bicara kreativitas dan inovasi jika tidak memiliki daya saing?” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Komite Rekonstruksi Pendidikan (KRP) DIY, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng., Ph.D., dalam sambutannya menyampaikan buku hasil tulisan 18 tokoh pemerhati pendidikan di DIY itu diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi kemajuan pendidikan di Indonesia. “Buku ini ditulis 18 tokoh untuk berkontribusi memberikan inspirasi kepada pembaca. Semoga buku kecil bermanfaat bagi perbaikan arah dan mutu pendidikan di Indonesia sesuai dengan cita-cita dalam Pembukaan UUD 1945,” katanya.
Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Dewan Pendidikan DIY, Prof. Dr. Wuryadi, M.S. Kehadiran buku tersebut diharapkan dapat mengobati kerinduan segenap masyarakat akan pendidikan yang mengindonesia dan itu sudah dimulai dari Yogyakarta. “Dengan tulisan yang beragam, buku ini mengandung satu pikiran. Sesungguhnya kerinduan pendidikan yang mengindonesia dibutuhkan oleh segala pihak,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)