Pemuda merupakan salah satu segmen pemilih potensial dalam pemilu. Di Indonesia, setidaknya 40 persen pemilih terdiri dari kaum muda dalam pemilu 2014 mendatang. Sayangnya tidak sedikit pemuda yang masih belum bisa memilih dengan tepat dan ikut berpartisipasi dalam pemilu.
Prof. Scott Smith, dari Columbia University menyebutkan bahwa persoalan pemilih pemuda tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia, namun banyak terjadi di berbagai negara di dunia. Pemuda saat ini memiliki kecenderungan tertarik pada pemerintahan ketika isu-isu yang dibawa membawa kepentingan mereka. Misalnya tentang penyediaan lapangan kerja dan pendidikan.
“Isu-isu seperti itu yang membuat kaum muda mau berpartisipasi dalam pemilu,” kata Scott di hadapan wartwan saat konferensi pers dalam kegiatan Kuliah Umum “Building Democrazy: Challenges and Difficulties”, Selasa (26/11) di Ruang Multimedia Gedung Pusat UGM.
Menurutnya edukasi politik tentang demokrasi dan pemilu penting untuk diberikan kepada pemuda dan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi dalam pemilu. Edukasi dapat dilakukan melalui berbagai cara, salah satunya melalui sekolah dengan memasukkan nilai-nilai demokrasi dan pemilu dalam kurikulum pendidikan.
“Hal-hal seperti ini akan lebih efektif untuk meningkatkan kesadaran akan demokrasi dan pemilu seluruh individu, termasuk pemuda. Dalam hal ini partai politik juga berperan untuk melakukan edukasi,” jelasnya.
Scott menambahkan bahwa demokratisasi dalam suatu negara merupakan hal yang penting. Untuk itu setiap individu berkewajiban untuk belajar tentang demokrasi untuk mewujudkan kondisi masyarakat yang lebih baik.
“Demokrasi memang tidak sempurna, tetapi bukan berarti kita harus mengabaikannya. Proses demokrasi sangat penting bagi suatu negara sehingga semua orang wajib belajar mengenai demokrasi agar dapat menciptakan masyarakat yang jauh lebih baik,” paparnya.
Sebelumnya, Atase Kerjasama Universitas Kedubes Perancis Untuk Indonesia, Joël Lee Bail menyampaikan bahwa demokrasi merupakan isu yang selalu menarik untuk didiskusikan bersama. Pasalnya saat ini banyak negara-negara yang menganut prinsip demokrasi dalam menjalankan sistem pemerintahannya mengalami krisis demokrasi. Melalui diskusi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif akan kehidupan berdemokrasi.
Dalam kesempatan itu, ia juga mengungkapkan bahwa UGM merupakan mitra penting bagi kerjasama dalam bidang pendidikan antara Perancis dan Indonesia. Kerjasama dilakukan juga dalam bidang lain seperti bidang kedokteran, hukum, dan politik.
“Kerjasama yang dilakukan untuk memperkuat hubungan yang sudah lama terjalin dengan UGM dan Indonesia. Kerjasama yang dilakukan pun berdasar prinsip reprositas, egalitas, saling membantu, menghormati, dan menghargai perbedaan budaya masing-masing,” katanya. (Humas UGM/Ika)