• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • 200 Penyakit Zoonosis di Indonesia

200 Penyakit Zoonosis di Indonesia

  • 05 Desember 2013, 03:55 WIB
  • Oleh: Gusti
  • 22335
200 Penyakit Zoonosis di Indonesia

YOGYAKARTA – Diperkirakan lebih dari 200 penyakit zoonosis (infeksi penyakit hewan ke manusia) dan 25 penyakit hewan menular strategis baru yang dianggap mengancam kesehatan masyarakat ditemukan di Indonesia. Beberapa diantaranya, rabies, avian influenza, anthrax, leptospirosis, hingga toxoplasmosis. Namun demikian, penyampaian informasi mengenai kejadian penyebaran dan penularan wabah penyakit dari hewan ke manusia belum sepenuhnya disampaikan pada masyarakat. Ha; itu dilakukan dengan alasan adanya kepentingan politik masing kepala daerah dan lemahnya pengambilan kewenangan veteriner secara kelembagaan. “Belum semua informasi zoonosis disampaikan kepada masyarakat, karena panjangnya birokrasi dalam penyampaian informasi veteriner ini,” kata Dekan FKH UGM, Dr. drh. Joko Prastowo dalam Diskusi Kajian Otoritas Veteriner di Indonesia, Rabu (4/12).

Joko menilai informasi mengenai kejadian penyakit zoonosis di suatu daerah selama ini terhenti di pengambil kebijakan, padahal informasi itu sangat diperlukan bagi masyarakat untuk mencegah risiko terjadinya penularan.

Menurut Joko, lembaga Otoritas Veteriner merupakan salah satu upaya untuk menjembatani ketatnya penyampaian informasi veteriner pada masyarakat. Bahkan, lembaga ini pula yang bertugas menentukan penetapan wabah penyakit hewan menular serta pengambil kebijakan pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan menular. Selain itu, badan inilah yang berperan mengatur masuk dan keluarnya hewan dan produk hewan lintas daerah maupun lintas negara.

Keberadaan Otoritas Veteriner di Indonesia, menurut Joko sudah seharusnya segera dibentuk dengan disahkannya UU No. 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. “Sampai saat ini Peraturan Pemerintah terus dibahas,” imbuhnya.

Terkait dengan informasi penyakit menular, Joko mencontohkan di Provinsi DIY misalnya, baru-baru ini ditemukan 3 ekor dari 200 ekor anjing yang diperiksa, ditetapkan positif terkena rabies. Padahal, DIY ditetapkan sebagai daerah bebas rabies. Menurutnya, informasi semacam ini seharusnya segera dilakjukan pengendalian. “Problem bebas rabies cukup dilematis. Karena banyak anjing yang didatangkan dari luar daerah yang masuk ke DIY. Bila tidak dikontrol, sangat berisiko,” katanya.

Kepala Subdit Kelembagaan, Direktorat Kesehatan Hewan, Drh. Krisnandana mengatakan salah satu negara yang telah berhasil menerapkan otoritas veteriner adalah Australia. Keberdaan lembaga ini dinilaianya sangat efektif dalam menangulangai wabah penyakit hewan menular. Kejadian wabah zoonosis luar biasa dapat segera dikendalikan yang melibatkan semua lintas profesi, dokter hewan hingga polisi dan tentara. “Begitu ada informasi, mitigasi penyakit berbahaya segera dilakukan. Otoritas veteriner ini pula yang berhak menghentikan perpindahan ternak di suatu daerah yang dianggap jadi sumber wabah,” katanya.

Sementara di Indonesia, lebih jauh dia menjelaskan, informasi dan pengambilan kewenangan kebijakan di bidang veteriner terkendala dengan panjangnya jalur birokrasi yang mesti harus dilalui. (Humas UGM/Gusti Grehenson)

Berita Terkait

  • Mengkonsumsi Ikan yang tidak Masak bisa sebabkan Zoonosis

    Thursday,20 September 2007 - 13:07
  • 100 Peneliti Dunia Bahas Penanggulangan Penyakit Zoonosis

    Monday,30 May 2016 - 12:11
  • Tangani Penyakit Zoonosis dengan Konsep One Health

    Thursday,26 June 2014 - 14:18
  • 200 Penyakit Zoonosis di Indonesia

    Thursday,05 December 2013 - 3:55
  • Strategi Pengendalian dan Pemberantasan Zoonosis di Indonesia

    Wednesday,06 December 2006 - 12:22

Rilis Berita

  • Pukat UGM Sesalkan Kemunduran Pemberantasan Korupsi di Indonesia 08 February 2023
    Peneliti Pusat Kajian AntiKorupsi (Pukat) Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yuris Rezha Kur
    Gusti
  • Belajar dari Gempa Turki, Masyarakat Perlu Memiliki Rencana Evakuasi Mandiri 07 February 2023
    Bencana gempa bumi dengan magnitudo 7,8 melanda Turki dan Suriah pada hari Selasa (6/2) kemarin.
    Gusti
  • Aplikasi Layanan Ramah Disabilitas Buatan Mahasiswa Difabel UGM Raih Perak di IPITEX Bangkok 07 February 2023
    Aplikasi layanan ramah disabilitas buatan mahasiswa penyandang disabilitas daksa dari Departemen
    Ika
  • SPs UGM Lakukan Pengabdian di KHDTK Getas Blora 07 February 2023
    Sekolah Pascasarjana UGM (SPs) mengadakan serangkaian kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Belu
    Agung
  • Cegah Diabetes Pada Anak Dengan Membatasi Makanan Manis dan Lakukan Aktivitas Fisik 06 February 2023
    Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat kasus diabetes pada anak meningkat signifikan pada t
    Ika

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual