YOGYAKARTA – Diperkirakan jumlah dokter hewan di Indonesia saat ini berjumlah kurang lebih 12 ribu orang, sementara kebutuhan profesi ini mencapai 20 ribu orang. Angka kebutuhan profesi yang tinggi ini bahkan masih sangat kurang di semua lini. Setidaknya terdapat 38 bidang yang bisa dimasuki profesi dokter hewan, diantaranya teknologi pangan, perlindungan konsumen, legislasi, kesejahteraan hewan, karantina, perlindungan lingkungan, pengajaran, riset, pemasaran, ekonomi dan publikasi.
Dekan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM, Dr. drh. Joko Prastowo, M.Si., mengatakan, meski perjalanan profesi dokter hewan di Indonesia telah berusia seabad lebih, namun pertambahan jumlah dokter hewan di Indonesia belum tinggi. Kendati demikian sudah ada 10 universitas menyelenggarakan pendidikan dokter hewan. “Sementara FKH UGM sejak 67 tahun lalu, sampai saat ini telah meluluskan total 4.329 orang,” kata Joko saat melantik 114 dokter hewan baru, Selasa (24/12) di Grha Sabha Pramana.
Peluang dan tantangan profesi dokter hewan di Indonesia saat ini kata Joko semakin nyata setelah konferensi tingkat menteri Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) ke-9 di Bali beberapa waktu lalu. Hasil kesepakatan dari pertemuan tersebut ialah adanya konsekuensi akses bebas masuknya barang dan jasa lintas negara. “Termasuk jasa profesi dokter hewan untuk meningkatkan perdagangan,” katanya.
Menghadapi globalisasi perdagangan jasa tersebut, tambah Joko, kapasitas dokter hewan Indonesia perlu ditingkatkan agar bisa berkompetisi dengan dokter hewan asing dari luar nantinya. “Dokter hewan harus senantiasa berjiwa long life learner dengan selalu mengupdate ilmu dan keterampilan lewat berbagai pelatihan dan pendidikan berkelanjutan,” katanya.
Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Cabang DIY, Dr. drh. Widagdo Sri Nugroho, mengemukakan salah satu kemampuan yang perlu ditingkatkan bagi profesi dokter hewan adalah kemampuan berkomunikasi dalam menjalankan profesi perkerjaannya di tengah masyarakat.
Widagdo menyampaikan dari hasil penelitian mahasiswa FKH UGM 2010 lalu mengenai persepsi masyarakat terhadap profesi dokter hewan ditemukan bahwa masyarakat lebih banyak mengenal tentang profesi dokter hewan lewat informasi dari teman atau rekan sejawatnya. “Sekitar 60,7% sumber informasi yang mereka dapatkan dari mulut ke mulut, sedangkan Informasi lewat media cetak dan elektronik sekitar 20,8%,” katanya.
Lokasi penelitian yang dilakukan di DIY ini kata Widagdo juga diketahui bahwa masyarakat hanya mengetahui tugas dan fungsi dokter hewan dalam hal mengobati hewan yang sakit dan mencegah penularan penyakit hewan ke manusia. Sementara jasa layanan dokter hewan yang lainnya masih jarang diketahui. (Humas UGM/Gusti Grehenson)