Demam Berdarah Dengue (DBD) saat ini masih menjadi masalah utama di Indonesia. Sementara itu metode pengendalian yang ada sekarang belum sepenuhnya efektif untuk menanggulangi demam berdarah. Terkait dengan hal inilah, peneliti UGM melalui Eliminate Dengue Project (EDP-Yogya) menggunakan teknologi alamiah bakteri Wolbachia. Bakteri ini adalah bakteri alami yang banyak ditemukan pada beberapa serangga yang umum di Indonesia seperti lalat buah, ngengat, kupu-kupu dan capung, bahkan di dalam tubuh Aedes albopictus yang masih berkerabat dengan nyamuk Aedes aegypti.
“Teknologi ini berbeda dengan pendekatan pemberantasan nyamuk yang selama ini ada, karena teknologi ini fokusnya untuk melawan virus Dengue secara langsung,” papar peneliti utama EDP, dr. Riris Andono Ahmad, MPH., Ph.D, Kamis (23/1) di UGM.
Pada kesempatan itu Riris didampingi Warsito Tantowijoyo (entomolog), Anto Sudadi (Kadus Kronggahan II), serta Waskita (Warga Perumahan Jangkang, Nogotirto).
Riris menambahkan Wolbachia menyebabkan virus Dengue tidak dapat berkembang biak di dalam tubuh nyamuk, sehingga nyamuk tersebut tidak dapat menularkan demam berdarah. Selain itu, bakteri ini juga memperpendek umur nyamuk Aedes aegypti sehingga kemampuan nyamuk untuk menularkan virus semakin pendek.
Sementara itu, Warsito Tantowijoyo menambahkan nyamuk yang ber-Wolbachia ketika dilepaskan apabila melakukan perkawinan dengan nyamuk Aedes aegypti setempat akan menghasilkan generasi baru nyamuk yang telah mengandung Wolbachia. Dengan demikian, pendekatan ini tidak memerlukan perlakuan berulang-ulang agar tercapai dampak penurunan kasus demam berdarah.
“Kita lepas secara bertahap dalam 16-24 minggu. Pelepasan dilakukan satu minggu sekali sebanyak 50 ekor nyamuk dengan jarak lepas sekitar 20 meter. Jadi, rata-rata kita melepas 2 ekor nyamuk dalam 1 meter,” jelas Warsito.
Di tempat sama, Kadus Kronggahan II, Anto Sudadi mengatakan pelepasan nyamuk Ae. aegypti yang ber-Wolbachia telah dilakukan dengan lancar. Diakui Anto sebagian kecil masyarakat setempat kurang setuju program EDP karena belum paham sepenuhnya cara kerja serta manfaatnya.
“Maka sosialisasi dan pertemuan akan terus kita lakukan. Hanya saja kebetulan kemarin waktunya agak kurang pas karena Kronggahan sempat dinyatakan KLB demam berdarah,” urai Anto.
Hampir senada dengan itu Waskita, salah satu warga Perumahan Jangkang, Nogotirto menilai hadirnya program EDP tidak mengganggu kondisi masyarakat di sana. Jumlah nyamuk di rumah-rumah warga juga normal seperti biasa. “Ya, biasa kalau ada ketakutan sesaat dari warga tapi prinsipnya semuanya berjalan normal,” kata Waskita.
Tahun 2014 ini pelepasan Ae. aegypti Wolbachia dilakukan di dua lokasi, yaitu Nogotirto dan Trihanggo, Sleman. Tim EDP akan terus melakukan pemantauan intensif terhadap nyamuk dan deteksi dini kejadian demam berdarah di masyarakat selama dua tahun terus-menerus. (Humas UGM/Satria)