YOGYAKARTA – Universitas Gadjah Mada mengirim tim psikologi untuk memberikan bantuan mengatasi masalah psikososial yang muncul di 42 titik lokasi pengungsian bencana erupsi Gunung Sinabung, Tanah Karo, Sumatera Utara. Pengiriman tim psikologi UGM ini untuk membantu tim psikolog yang sudah dikerahkan oleh Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara (USU) dan Universitas Medan Area. “Kita akan mengirim 20 orang mahasiswa terlebih dahulu yang dibantu dengan dua orang dosen untuk melakukan rapid assessment di sana,” kata Dekan Psikologi UGM, Prof. Dr. Supra Wimbarti kepada wartawan, Selasa (4/2).
Pengiriman mahasiswa ini menurut Supra akan dilakukan secara bergilir dan berkelanjutan. Setelah mengirim mahasiswa, UGM juga akan mengirim mahasiswa profesi psikologi untuk menangani kasus tekanan psikologi dan trauma yang dihadapi para pengungsi. Supra menengarai kondisi psikologis yang muncul di kalangan para pengungsi bencana seperti gejala depresi dan stress. “Umumnya yang muncul di pengungsian adalah rasa jenuh dan gejala stress berkaitan dengan perasaan kehilangan. Kehilangan akan keluarga, tempat tinggal, pekerjaan dan harta benda,” katanya.
Kondisi psikologis pengungsi Sinabung tersebut kata Supra juga ditambah dengan perasaan ketidakpastian terhadap bencana yang terjadi. Apalagi Masyarakat setempat tidak berpengalaman menghadapi bencana erupsi sebelumnya. Gejala psikologi lainya adalah gejala trauma dan masa berkabung dengan ditandai sering melamun dengan tatapan mata kosong.
Seperti diketahui, gejala depresi pengungsi Sinabung diketahui dengan adanya satu orang pengungsi yang melakukan percobaan bunuh diri di barak pengungsian. “Umumnya bagi mereka belum bisa menerima keadaan dan menganggap cobaan yang dialaminya sangat berat sekali,” paparnya.
Supra mengatakan segera mengirim tim ahli psikologi untuk melakukan rapid assessment dan berkoordinasi dengan mahasiswa UGM yang berasal dari tanah Karo untuk diberi pelatihan singkat penanganan psikososial. “Ini lebih memudahkan karena kendala bahasa bisa tertatasi dengan baik,” katanya.
Pemetaan masalah psikologi oleh tim UGM ini nantinya akan memprioritaskan permasalahan-permasalahan psikologi yang bisa ditangani oleh psikolog, profesi psikologi, mahasiswa dan relawan. “Ada modul yang kita berikan pada mahasiswa non psikologi dan relawan yang diterjunkan ke sana. Yang perlu ditolong itu tidak hanya pengungsi, relawan, staf pemkab juga perlu ditolong,” terangnya.
Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Mahasiswa KKN PPM UGM Peduli Bencana Sinabung, Prof. Dr. Langkah Sembiring, menyampaikan hasil pantauan dirinya ke beberapa lokasi pengungsian di Kabanjahe dan Brastagi terdapat 30-an ribu pengungsi dari 6.000 kepala keluarga yang berasal lebih dari 40 desa. “Yang mengungsi bukan berasal dari zona bahaya saja. Penduduk di luar zona itu juga takut karena semburan abu vulkanik sampai ke rumah mereka,” kata pria kelahiran Tanah Karo ini.
Menurut Sembiring, mahasiswa KKN PPM UGM melakukan pendampingan psikososial pengungsi. Namun begitu, mahasiswa dilarang berada atau mendekati daerah zona berbahaya.
Wakil Ketua Bidang Pengabdian Kepada Masyarakat, LPPM UGM, Ir. Irfan Dwidya Prijambada, M.Eng., Ph.D., mengatakan mahasiswa UGM juga akan menjalankan program aktivitas bercocok tanam di sekitar lokasi pengungsian. Dipilihnya kegiatan ini untuk menyesuaikan pekerjaan pengungsi sebelumnya yang kebanyakan berprofesi sebagai petani. Aktivitas ini diharapakan mampu mengurangi tingkat kejenuhan mereka selama berada di pengungsian “Kita akan membuat kegiatan bercocok tanam pertanian vertikal. Kita juga melatih membuat tanaman polyback. Sudah kami koordinasikan dengan pemkab setempat,” ujarnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)