![](https://ugm.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/0502141391589582531275445-656x510.jpg)
Sekolah Vokasi (SV) UGM bertekad terus meningkatkan kualitas pembelajaran sekaligus kualitas lulusan mereka. Para pengelola sekolah tingkat Diploma itu juga menjanjikan, bukan saja meningkatkan daya saing tapi juga daya juang lulusan mereka.
“Lulusan Diploma barangkali boleh saja kalah pamor dengan lulusan tingkat Sarjana, tapi tak boleh kalah dalam menatap masa depan. Sekolah Vokasi UGM akan menjadi tempat pendidikan yang menjamin lulusannya memiliki masa depan,” ujar Direktur SV-UGM, Ir. Hotma Prawoto Sulistyadi MT IP-Md, di kampus setempat, Rabu (5/2).
Untuk mencapai semua itu, seluruh pengelola Sekolah Vokasi UGM bertekad akan menjadikan pengajaran di SV-UGM menjadi yang paling baik. Sekolah Vokasi UGM melakukan berbagai perbaikan kurikulum dan terobosan program studi baru. “Untuk menjadi yang paling baik, sekolah Diploma tak harus murah. Dengan kata lain, jangan murahkan pendidikan jika ingin berkualitas,” tambahnya.
Meski tidak murah, kata Hotma, SV-UGM bukan berarti menutup kesempatan bagi lulusan SMA/SMK/MAN dengan latar belakang ekonomi kurang mampu. Untuk kuliah di 22 program studi setingkat D3 dan 4 program studi setingkat D4, SV UGM menyediakan banyak skema beasiswa. “Kami menyediakan banyak jenis beasiswa guna menampung para lulusan SMA seperti itu,” katanya lagi.
Tersedia lebih 60 beasiswa bagi mahasiswa SV-UGM. Di tahun 2013, sebanyak 2.258 orang mahasiswa SV-UGM penerima beasiswa dari berbagai sumber. “Dengan jumlah penerima beasiswa sebesar itu, artinya ada tiga puluh hingga empat puluh persen mahasiswa Sekolah Vokasi UGM yang menerima beasiswa,” timpal Wakil Direktur Bidang Akademik dan Kemahasiswaan SV-UGM, Dr Wikan Sakarinto ST MSc.
Pada penerimaan mahasiswa baru tahun 2014 yang akan dimulai 10 Februari 2014, SV-UGM akan menerima 2.420 orang mahasiswa baru. Sebanyak 50 persen diantaranya akan diterima melalui jalur masuk tanpa tes melalui program penelusuran bibit unggul atau jalur undangan. Bagi siswa dengan kemampuan akademik tinggi namun tidak mampu secara ekonomi, maka SV-UGM membuka Penelusuran Bibit Unggul Tidak Mampu (PBUTM). Selain itu, SV-UGM membuka penerimaan mahasiswa baru melalui Penelusuran Bibit Unggul Kemitraan (PBUK), Penelusuran Bibit Unggul Berprestasi (PBUB) dan Penelusuran Bibit Unggul Sekolah Menengah Atas, Madrasah Aliyah dan Kejuruan (PBUSMAK).
Kata Wikan, melalui PBUTM, SV-UGM menyediakan kuota 5-10 persen dari total penerimaan program penelusuran bibit unggul. Masing-masing calon mahasiswa PBUTM hanya dibebani biaya pendaftaran sepuluh ribu rupiah dan tidak dipungut biaya sepeser pun hingga lulus. “PBU Kemitraan merupakan bentuk kepedulian SV-UGM terhadap pembangunan daerah melalui program kemitraan dengan pemda, institusi dan/atau perusahaan. Sedangkan penelusuran bibit unggul berprestasi bisa melalui prestasi di bidang iptek, seni, dan olahraga”, ungkap wikan.
Disebutkan Wikan, penjaringan mahasiswa baru terbesar melalui PBUSMAK. Penjaringan melalui jalur ini mencapai 80-90 persen dari kuota melalui program penelusuran bibit unggul. “Ini merupakan program masuk Sekolah Vokasi UGM melalui seleksi administrasi akademik. Sekolah bisa mengusulkan siswanya yang merupakan empat puluh persen siswa terbaik di kelasnya pada semester satu hingga lima, atau hingga semester empat untuk siswa kelas akselerasi,” jelasnya.
Selebihnya, SV-UGM akan menjaring calon mahasiswa melalui ujian tulis (utul). Untuk utul gelombang pertama akan diselenggarakan bersamaan dengan UM (ujian mandiri) UGM 2014 dan utul gelombang kedua diadakan SV-UGM sendiri dengan pendaftaran mulai tanggal 9 Juni 2014.
Guna meningkatkan kualitas mahasiswa maupun lulusan, pada Kamis (6/2) ini, SV-UGM menggelar seminar bersama sembilan National College of Tehcnology (politeknik) Jepang. Bukan sekedar seminar, dalam kegiatan ini akan dilakukan penandatanganan nota kesepahaman dengan sembilan politeknik asal Jepang.
Kerjasama tersebut, imbuh Wikan, dipastikan menguntungkan kedua belah pihak dalam bidang pendidikan dan penelitian. Kedua belah pihak bisa melakukan beberapa program kegiatan, diantaranya student exchange atau pertukaran mahasiswa, visiting lector, visiting researcher, dan staff exchange. “Jadi kerjasama tersebut nantinya akan menjadi pintu masuk bagi mahasiswa, dosen, peneliti, maupun staf pengelola untuk menimba pengalaman ke Jepang. Sebaliknya, mahasiswa, dosen, peneliti, dan staf Jepang untuk belajar ke Indonesia,” imbuhnya. (Humas UGM/Agung)