Yogya, KU
Setelah 16 tahun meneliti perangkat kendali sistem radiografi digital, akhirnya pada 19 Oktober 2009 lalu, Tim Riset Fisika Citra Jurusan Fisika FMIPA UGM memperoleh aplikasi paten. Tim telah menyerahkan penemuan patennya kepada UGM untuk dapat dikelola dan dimanfaatkan oleh masyarakat luas. “Temuan ini memberi inspirasi bagi masyarakat untuk menggunakannya. Secara komersial dilindungi hukum di wilayah RI, berlaku eksklusif selama 20 tahun,” kata Dr. Gede Bayu Suparta selaku koordinator tim riset kepada wartawan, Kamis (3/12).
Dijelaskan Bayu, sapaan akrabnya, penemuan mereka tentang radiografi digital sangat membantu keterbatasan alat radiografi di puskesmas dan rumah sakit seluruh Indonesia. “Selama ini, harga alat radiografi digital mahal sekali, tidak semua ada di rumah sakit. Padahal, temuan radiografi sudah satu abad lalu. Teknologi x-tray sudah sangat tua, seharusnya lebih murah, tapi kenyataannya masih dipakai juga,” imbuh Bayu.
Bayu menyebutkan untuk harga alat radiografi digital yang ada di pasaran internasional mencapai 4 miliar rupiah. Dengan alat temuannya ini, dengan kualitas yang sama, harganya hanya 0,5 miliar rupiah. “Bisa menjadi teknologi baru super murah. Bisa menghemat listrik, dosis radiasi rendah, lebih aman. Cukup sekali tingkat pemotretan bisa hasilkan 20 citra,” jelasnya.
Dengan radiografi digital ini, penggunaan radiografi film dapat ditinggalkan sehingga biaya operasional di rumah sakit bisa ditekan. Lebih dari itu, peralatan radiodiagnostik bahkan dapat dijual dengan murah kepada rumah sakit. Hal itu secara bisnis sangat atraktif karena menurunkan biaya layanan diagnostik kesehatan. Dengan demikian, menurut Bayu, pemerintah bisa membuat standar keuangan untuk biaya radiografi yang lebih terukur dan berpihak pada rakyat kecil. “Dengan alat ini tidak ada menggunakan film. Biaya operasional lebih rendah, menggunakan bahan lokal 75 persen,” katanya.
Dijelaskan Bayu bahwa khusus untuk wilayah Indonesia, sistem radiografi digital yang didukung sistem teknologi informasi dan komunikasi (TIK) ini dapat dioperasikan hingga ke pelosok wilayah, sepanjang wilayah tersebut memiliki jaringan listrik dan TIK. Melalui mekanisme teleradiologi dan kreativitas layanan, layanan radiologi dapat dibuat sangat efektif dan efisien. Dengan begitu, pasien yang ada di pelosok daerah tidak perlu pergi ke kota untuk keperluan diagnosis medis. (Humas UGM/Gusti Grehenson)